Jumat, 01 Juni 2012

REUTERS FITNAH NINJA IRAN


Seolah tanpa berhenti media-media massa barat "mengerjai" Iran. Saya masih ingat benar bagaimana ketika terjadi krisis pemilu Iran tahun 2009 dulu kantor berita terbesar Inggris, Reuters, menampilkan gambar aksi demonstrasi pendukung Presiden Ahmadinejad tapi diklaim-nya sebagai pendukung oposisi. Setelah diprotes para pembaca dengan santai Reuters hanya mengganti gambar tersebut tanpa penjelasan apalagi meminta ma'af kepada rakyat Inggris, rakyat Iran serta Ahmadinejad.

Kini kasus penghinaan kembali dilakukan Reuters terhadap rakyat Iran. Bulan lalu Reuters memberitakan tentang sekelompok atlet beladiri wanita Iran dari sebuah klub beladiri di pinggir kota Teheran. Kemudian berdasarkan wawancara dengan beberapa atlet beladiri wanita Iran, Reuters membesar-besarkannya dengan menyebut bahwa Iran telah melatih lebih dari 3.000 ninja wanita Iran untuk menjadi ninja pembunuh guna menghadapi kemungkinan invasi asing terhadap Iran. Berita tersebut kemudian diikuti oleh media-media massa Inggris lainnya dan menjadi bahan berita menarik di seluruh Inggris.

Media-media massa Iran yang mengetahui masalahnya kemudian mengkritik Reuters, namun Reuters menolak meminta ma'af. Maka para atlet beladiri wanita Iran pun mengajukan tuntutan hukum kepada Reuters. Menurut para atlet wanita tersebut dengan menyebut mereka sebagai pembunuh, kharater mereka telah dirusak oleh Reuters.

Menurut atlet yang diwawancarai Reuters, jurnalis Reuters mengajukan pertanyaan: apa yang akan dilakukan jika Iran diserang musuh asing? "Wanita dari Reuters mengajukan satu pertanyaan kepada saya, apa yang akan saya lakukan jika Iran diserang musuh? Saya percaya semua orang di dunia akan membela negaranya jika diserang musuh. Namun ia membalikkan kalimat kami untuk membuat kami menjadi seperti para pembunuh dalam judul utama berita mereka," kata Khatereh Jalilzadeh kepada Press TV.

“Kami mengajukan tuntutan karena para wanita yang berlatih Ninjutsu hanya menikmatinya sebagai olahraga. Ini hanya masalah menjaga kebugaran fisik namun Reuter telah berbohong tentang kami," tambahnya.

Atlet wanita lainnya menambahkan bahwa berita yang dibuat Reuters telah membuat masalah bagi karier olahraga mereka. "Ini telah menghalangi peluang kami mengikuti turnamen internasional di negara lain karena Reuters masih dianggap sebagai sumber berita terpercaya. Pada titik ini tidak ada yang bisa mereka lakukan untuk untuk menghilangkan kerugian kami. Itulah sebabnya kami mengajukan tuntutan. Kami ingin seluruh dunia tahu bahwa Reuters telah berbohong tentang kami," kata Raheleh Davoudzadeh.

Akbar Faraji, yang mendirikan klub Ninjutsu di Iran lebih 22 tahun lalu mengutuk Reuters dan menyatakan murid-muridnya akan melakukan upaya hukum hingga tuntas. "Kami telah mengajukan tuntutan kepada Reuters dengan tuduhan penghinaan dan kami akan terus mengejarnya sejauh mungkin karena ini menyangkut reputasi," kata Faraji.

"Reuters telah mengumumkan kepada dunia kami sebagai pembunuh. Kebenaran harus disampaikan bahwa kami hanya sekelompok atlet. Kami berada di bawah pengawasan kementrian olahraga dan federasi olehraga beladiri," tambah Faraji.

Jurnalis Reuters yang melakukan wawancara dan menulis berita tersebut telah meninggalkan Iran sebelum pengadilan atas kasus tersebut dimulai.



Ref:
"Iranian ninjas sue Reuters for defamation of character"; Press TV; 28 Maret 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar