Selasa, 12 Juni 2012

Dari Salam Berbuah Cinta


Ahmad,  begitulah nama pangilan lelaki bujangan asal Parepare ini. Ahmad dikenal sebagai lelaki yang sopan, hanif, dan punya ciri khas, yakni senang mengucapkan salam “Assalaamu’alaikum” kepada siapa pun -muslim- yang dijumpainya di manapun.
Sebagai santri Rahmatul Asri, Suatu ketika Ahmad mendapat tugas dari pondok untuk mengabdi di kota X, untuk jangka waktu setengah tahun lebih yang dimulai pada awal-awal bulan Romadhon. Setibanya di kota X itu, lelaki bujangan ini langsung mencari tempat kos/kontrakan yang tidak jauh dari tempatnya bertugasnya. Setelah tiga hari di kota tersebut, Ahmad baru menyadari bahwa ada gadis cantik dan shalihah yang tinggal hanya beberapa meter dari kos-nya. Seperti biasa, tanpa maksud buruk, tanpa niat menggoda, Ahmad pun mengucapkan salam kepada gadis itu, saat keduanya bersama-sama menunggu bis di tepi jalan.
Sekali lagi, Ahmad tidak punya niat apapun ketika mengucapkan salam. “Dia berjilbab, jadi sudah pasti muslim, maka saya ucapkan salam kepadanya. Lagi pula gadis itu tetangga saya, kan wajar sama tetangga saling menyapa,” alasannya.
Ucapan salam Ahmad dibalas delikkan mata tidak suka dari gadis tetangganya itu. Namun Ahmad tidak peduli, karena niatnya sangat tulus. Begitu pun sore harinya, ketika berpapasan di jalan, Ahmad kembali mengucapkan, “Assalaamu’alaikum Dik…” Jawabannya tidak berbeda dengan pagi hari, wajah tidak suka.
Mungkin pikir si gadis itu, Ahmad tidak ubahnya lelaki iseng yang senang menggoda. Sudah lazim diketahui, lelaki-lelaki iseng dan kurang kerjaan senang menggoda wanita. Dan bila yang digoda adalah wanita berjilbab, ucapan “Assalaamu’alaikum” biasa dijadikan andalan mulut-mulut lelaki ini.
Berbeda dengan Ahmad. Dia tidak sakit hati ketika salamnya tidak dibalas, atau bahkan dibalas dengan tatap mata sinis. Setiap hari, setiap kali bertemu dengan gadis itu tetap mengucapkan salam. Ahmad tidak bosan meski salamnya selalu mendapat jawaban yang serupa, dan sesekali makian, “maunya apa sih?”
Ahmad hanya membalasnya dengan senyum seraya menjelaskan, “maaf, salam itu hanya doa untuk adik.” Belakangan, Ahmad mengetahui bahwa nama gadis itu, ‘Aisyah, sebut saja demikian.
Dua bulan bertugas di kota itu, Ahmad mendapat panggilan dari pondok untuk memberikan laporan tugasnya. Ahmad pun kembali ke Enrekang untuk waktu dua pekan.
Sementara di kota X, pagi harinya. ‘Aisyah belum merasakan apa pun. Namun keesokan harinya, gadis itu baru menyadari ada yang ganjil dengan hari-harinya, baik pagi maupun sore. Ya, ‘Aisyah merasa ada yang hilang. Setelah berpikir sejenak, barulah ia sadar, tidak ada lagi lelaki yang selama ini mengucapkan “Assalaamu’alaikum” kepadanya. Bahkan keesokan harinya, ‘Aisyah mulai celingak-celinguk mencari lelaki pengucap salam itu. Satu-dua bis yang biasa ditumpanginya sengaja dibiarkan berlalu, “mungkin dia terlambat” pikirnya. Namun hingga hampir satu jam, yang dinanti tak kunjung tiba.
Sepekan sudah ‘Aisyah tak melihat lelaki pengucap salam. Sepekan pula telinganya tak mendengar suara khas lelaki itu berucap, “Assalaamu’alaikum Dik… ” Rupanya ‘Aisyah mulai kangen dengan ucapan salam itu. Jika mulanya ia merasa ucapan salam Ahmad itu sebagai godaan lelaki iseng, ternyata kini ia merindukan ucapan salam itu.
‘Aisyah hampir putus asa, hingga satu pekan berikutnya tak kunjung terdengar ucapan salam khas nan lembut itu. Sampai di satu pagi, dari arah belakang terdengar suara khas itu lagi, “Assalaamu’alaikum Dik…” Kali ini giliran Ahmad yang terheran-heran, karena jawaban lembut dari wajah manis yang diterimanya, “Wa’alaikum salam kak… Apa kabar? Ke mana saja? Lama tidak berjumpa………”
Sejak hari itu, keduanya menjadi akrab. Hari-hari setelah itu, diisi dengan keriangan keduanya dalam setiap perjumpaannya. Sebuah bukti nyata, bahwa ucapan salam jika diberikan secara ikhlas kepada siapa pun, akan membawa kedamaian bagi yang menerimanya. Hanya beberapa bulan setelah itu, belum setengah tahun Ahmad tinggal di kota X itu, Ahmad dan ‘Aisyah sepakat untuk menyatukan hati dalam bingkai rumah tangga.
Maha suci Allah dan Rasulullah, yang mengajarkan kalimat “Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuhu”..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar