Kamis, 07 Juni 2012

Taubat Seorang Gay : Ketika Kutemukan Diriku Seorang Gay


Aku lahir dalam sebuah keluarga Muslim yang ta’at. Semua anggota keluargaku menjaga sholat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, dan menjalankan semua ritual dan ajaran Islam. Orangtua saya melaksanakan Hajji pada tahun 1970-an. Ada 14 bersaudara dalam keluarga.

Aku anak ke-11 dan anak laki-laki yang terakhir dari 5 saudara laki-laki dan 9 saudari perempuan. Aku dekat dengan saudari-saudari perempuanku dan ibuku membandingkan dengan saudara-saudara laki-lakiku. Ayahku meninggal ketika aku berusia 10 tahun.

Aku merasa tertarik kepada laki-laki ketika aku muda. Mungkin rasa itu berkembang ketika aku berusia 10 tahun. Pada usia 14 tahun, aku tahu bahwa aku tidak ingin untuk menikah karena aku tidak tertarik kepada wanita. Aku berpikir bagaimana aku akan menghadapi saudara dan saudariku ketika mereka semua akan menikah sementara aku tetap single.

Duniaku membingungkan seiring dengan ketika aku bertanya pada diri sendiri, ‘mengapa laki-laki menikahi wanita ketika dalam kenyataannya mereka mencintai laki-laki?’. Kemudian aku sadar bahwa hanya aku yang merasa hal itu. Aku tidak pernah dilecehkan oleh siapapun. Aku masih tidak tahu mengapa ini mempengaruhiku.

Pengalaman Sex Sesama Jenis
Entah bagaimana, waktu berlalu begitu cepat dan aku telah menghadapi kenyataan ini bahwa aku masih melajang selamanya. Untungnya, beberapa saudara dan saudariku telah menikah ketika aku masih belajar di Amerika Serikat. Ketika aku menyelesaikan gelarku, aku tinggal di Kuala Lumpur, jauh dari keluarga. Oleh karena itu, aku bisa melarikan diri dari pertanyaan pernikahan.

Pengalaman sex sesama jenis (Same Sex Experience – SSE) pertamaku dimulai pada saat hari-hari kuliah. Itu terus berlanjut setelah menyelesaikan studiku ketika aku menetap kembali di Kuala Lumpur.

Melangkah lebih jauh, karena pekerjaanku membawa ku ke Timur Tengah. Selama waktu itu, aku masih terus sholat. Terkadang, aku merasa sangat malu untuk menghadap Allah pada saat sholat karena aku baru saja melakukan sex sebelumnya. Terkadang, aku menanti hingga hari berikutnya.

Meskipun karirku naik, kurasakan kekacauan dalam hidupku. Karirku tidak berjalan semulus yang aku inginkan. Hiduku kosong dan emosi yang tidak stabil karena aku terus berganti-ganti pasangan. Kemudian, aku membaca sebuah hadits tentang mereka yang melakukan sodomi.

Dua tahun kemudian, aku keluar dari pekerjaan. Kupikir bahwa itu adalah saat terburuk dalam hidupku ketika kenyataannya itu adalah saat terbaik yang pernah ada. Aku mulai membaca terjemahan Al-Qur’an. Imam di sebuah Masjid kecil membaca hadits (dari kitab Imam An-Nawawi) setiap pagi setelah sholat Subuh. Aku sekarang menyadari, betapa hadits-hadits ini telah membentuk hidup dan pemikiranku.

Aku juga membaca biografi Nabi Muhammad (shalallahu ‘alaihi wa sallam) dan biografi 10 sahabat (radhiallahu ‘anhum) yang dijanjikan Jannah. Kisah-kisah ini menggerakkan hatiku.

Meskipun dengan semua itu, aku masih melanjutkan SSE, karena kebiasaan buruk susah hilang. Selama masa enam bulan bekerja, Allah mengajariku bagaimana untuk berserah diri kepada-Nya. Ketika aku lapar, tanpa ada makanan untuk dimakan, Allah mengirimkan orang-orang yang menawariku untuk makan bersama mereka. Aku tidak meminta kepada Allah untuk ini. Dia (Allah) sangat memahami aku. Aku merasa bahagia.

Berserah diri kepada Allah adalah titik balik dalam hidupaku. Membaca terjemahan Al-Qur’an telah mengubah persepsiku dalam berpikir dan melihat dunia ini. Aku membaca buku Road to Mecca karangan Muhammad Assad. Aku merasa sepenuhnya seperti seorang Muslim yang baru. Namun meskipun dengan semua itu, aku masih melakukan SSE.

Kata-kata dari Nabi Luth (‘alaihisalam) kepada ummatnya membuattku merenung. "Hai kaumku, inilah puteri-puteriku, mereka lebih suci bagimu," (Huud: 78)

Aku tersenyum sinis, karena kutahu ummat itu tidak tertarik kepada wanita, bagaiamana dia menawarkan putri-putrinya? Tetapi lagi-lagi, ini adalah perkataan seorang Nabi (yang difirmankan oleh Allah dalam Al-Qur’an – pen), pasti ada kebenaran padanya.

Maret lalu, ketika aku membaca Al-Qur’an setelah sholat Subuh, aku berdo’a dalam hati bahwa semoga Allah memberiku seorang pasangan wanita. Aku ingin mengakhiri semua ini. Aku lelah dengan hidupku. Aku merasa seperti setiap kali saya mendaki tangga untuk mencapai tingkat keimanan yang lebih tinggi, aku jatuh ketikaku melakukan SSE.

Menikah (Solusi)
Dengan menikah, aku dapat menyalurkan hasrat seksualku sesuai dengan Islam. Dalam satu minggu, Allah mengirim seseorang yang ingin mengenalkanku kepada tantenya. (Aku bergumam dalam hati: Seorang tante?). Kubilang, “Ok, jika aku memiliki waktu.”

Kemudian wanita itu dibawa kepadaku pada malam yang sama. Tidak ada percakapan yang banyak kecuali yang dia katakan bahwa perjalanan favoritnya adalah dari rumahnya ke Masjid. Itu adalah kalimat terakhir yang kami bicarakan sebelum aku menundanya untuk ke Masjid untuk sholat ‘Ashar.

Setelah pertemuan pertama, kami berhubungan satu sama lain melalui sms. Dia bertanya kepadaku bahwa ‘Mengapa aku tidak menikah?’. Aku sedikit terkejut dan menjawab dengan berbagai alasan. Aku benci untuk memberitahukan bahwa kenyataannya aku tidak menikah karena saya homosexual. Setelah sepekan ber-sms-an, aku bertanya kepadanya apakah OK untuk memberitahu ibuku tentang kami  bahwa aku menemukan seseorang yang tepat. Dia katakan “OK”.

Dalam waktu tiga bulan, kami menikah dalam resepsi yang kecil. Allah memberiku seorang istri (Alhamdulillah). Dia memenuhi 9 dari 10 daftar syaratku. Aku memberitahukan kepadanya bahwa satu dari yang dia tidak penuhi adalah bahwa dia seorang wanita, bukan seorang laki-laki. Dia tersenyum…

Allah memberikanku kualitas pada dirinya seolah-olah aku menjabarkan daftar syaratku.

Allah sangat memahamiku dengan baik dan mengetahui apa yang membuatku bahagia. Selama tiga bulan dimana aku mengenalnya (sebelum menikah), aku tidak merasa tertarik padahnya, aku tidak merasa bergairah, begitupun juga dia padaku. Aku berserah diri hanya kepada Allah dan aku membaca Al-Qur’an yang Dia yang Menaburi perasaan cinta itu.

Aku berdo’a kepada Allah untuk memenuhi kami dengan cinta dan membuatku merasa bergairah bersamanya. Benarlah, Allah mengabulkan permohonanku.

Selama proses mengenal istriku, aku bergabung dengan grup di Yahoo, Straight Struggle, yang berbasis di UK, untuk Muslim yang menghadapi Ketertarikan Sesama Jenis (Same Sex Attraction - SSA) di seluruh dunia. Aku berbagi tentang pengalaman hidupku di grup itu. Aku bahagia, aku membuka jalan dan mendorong beberapa orang untuk mengambil langkah pertama untuk menikah dan melawan ketakutan akan malam pertama pernikahan.

Insya Allah, sedikit kontribusi dariku semoga akan membimbing banyak keberhasilan heterosexual (ketertarikan terhadap lawan jenis sesuai fitrah manusia -pen) di masa depan, Aamin.

Diterjemahkan dari Onislam, "When I found out I Am a Gay", 31 Mei 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar