Senin, 04 Juni 2012

Galata Pusat Armada Maritim Ottoman Terbesar


kapal galley
Pangkalan angkatan laut dipindahkan dari Gallipoli ke Istanbul yang membuat kawasan Galata menjadi pusat armada maritim terbesar Ottoman.
Dari tembok benteng Konstantinopel yang baru saja dikuasainya, Sultan Mahmud memandangi perairan di sekitarnya. Sang penakluk itu menyadari bahwa perairan Golden Horn yang terletak dekat pertemuan Selat Bosporus dan Laut Marmara itu berair tenang, namun cukup dalam sehingga cocok untuk pelabuhan besar bagi kapal-kapal perang.
Sultan kemudian menunjuk Hamza Pasha sebagai komandan angkatan laut Ottoman yang diperintahkan untuk membangun markas armada kapal perang di sisi utara Golden Horn di seberang Konstantinopel, tepatnya di Haskoy, di sisian Sungai Kasimpasa Banyak tukang kayu, pelaut, dan juga pengrajin kapal dibawa dari berbagai wilayah pesisir Kesultanan Ottoman ke Konstantinopel yang diubah namanya menjadi Istanbul. Mereka itulah yang menghidupkan aktivitas pangkalan angkatan laut terbesar Ottoman tersebut.
Sebuah lukisan miniatur pada abad ke-15 menggambarkan bahwa berbagai kapal galley, kapal layar bertenaga dayung, berlabuh dan diperbaiki di Golden Horn menunjukkan bahwa markas angkatan laut Ottoman itu memang makmur.
Peradaban Islam dimulai dari tengah-tengah gurun pasir Jazirah Arabia dan banyak pusat kekuasaan terletak di pedalaman seperti Damaskus, Baghdad, dan Kordoba. Kekuatan perang Muslim awalnya lebih banyak difokuskan pada daratan sampai akhir Perang Salib di abad ke-13.
Sementara, bangun awal peradaban Eropa di Mediterania sudah mengenal laut sejak masa Yunani Kuno sampai Romawi lebih dari dua ribu tahun sebelumnya.
Lalu, muncullah Kesultanan Ottoman di pedalaman barat laut Anatolia yang mampu memperluas wilayah kekuasaannya kebarat dan utara, sampai pesisir Mediterania dan Laut Hitam. Karena itu, Ottoman mulai menyerap pengetahuan maritim dari wilayah-wilayah Anatolia yang didudukinya.
Ottoman juga memanfaatkan pangkalan armada kapal perang yang direbutnya dari Romawi Timur (Bizantium), seperti Izmit, Karamursel, Gemlik, dan Edincik. Dengan masuknya Gallipoli dalam kekuasaan Ottoman, pangkalan angkatan laut pertama Ottoman dibangun di wilayah itu oleh Yildirim Bayezid pada tahun 1390 M.
Pangkalan itu dibangun dari kastil tepi laut. Dua pelabuhan buatan dibangun memanfaatkan kolam di sisi kastil. Untuk keamanan, mulut pelabuhan dijaga dua menara yang bisa ditutup dengan rantai besi.
Lalu, dibangun pula galangan kapal, depot perbekalan, air mancur untuk persediaan air bagi kapal, pabrik roti, dan depot amunisi yang membuat Gallipoli lengkap sebagai sebuah pangkalan kapal perang pertama Ottoman.
Dengan kemampuan membangun dan memperbaiki kapal di Gallipoli, maka Ottoman mampu mendapatkan armada kapal perangnya untuk pertama kali guna mempertahankan wilayah kekuasaannya melawan armada Venesia dan Genoa dari Italia yang menjadi rival utama di Laut Tengah.
Setelah Konstantinopel ditaklukkan dan diubah menjadi Istanbul pada 1453, barulah Ottoman membangun pangkalan angkatan laut resminya di sisi utara Golden Horn atau wilayah Istanbul yang kini masuk daratan Eropa yang dikenal sebagai Galata, seperti diinginkan oleh Sultan Mahmud. Meski demikian, Gallipoli terus menjadi pangkalan armada laut Ottoman yang penting sampai tahun 1515, menjelang akhir kekuasaan Sultan Selim I.
Sultan Selim I memperkuat Pangkalan Angkatan Laut di Galata, Istanbul, karena dia ingin angkatan perang Ottoman tak hanya garang di daratan, namun juga perkasa di lautan. Setelah pulang dari kampanye perang Caldiran, Selim menyatakan keinginannya itu kepada Patih Kerajaan Piri Mehmed Pasha.
`'Jika para kalajengking (Kristen) bisa menguasai lautan dengan kapal-kapal mereka, jika bendera Penguasa Venesia, paus, dan raja-raja Prancis dan Spanyol dikibarkan di pantai-pantai Thrace, ini semua karena toleransi kita. Aku ingin angkatan laut yang sangat kuat dan dengan jumlah kapal yang banyak,'' kata Sultan Selim I seperti diceritakan dalam buku The History of the Ottoman States.
Maka, Mehmed Pasha pun menanggapinya sebagai berikut. `'Yang Mulia, Anda baru saja mengatakan apa yang sebenarnya akan saya usulkan. Perintah untuk membangun armada angkatan laut dengan 500 kapal segera dilaksanakan. Orang Prancis akan ketakutan ketika mendengar kabar ini. Sebelum galangan kapal rampung, sebelum 40 kapal galley kita turunkan ke laut, Anda akan melihat bahwa mereka akan datang memohon pembaruan perjanjian damai dan pembayaran upeti. Dengan cara ini maka semua ongkos yang kita keluarkan akan dipenuhi dari upeti itu.'' Setelah pertemuan itu, Ottoman membangun galangan kapal perang dari wilayah Galata sampai ke Sungai Kagithane di bawah pengawasan Laksamana Ja'far yang rampung pada 1515. 
Sebanyak 150 kapal dipesan pada berbagai galangan itu. 
Setiap kapal membutuhkan biaya pembangunan 50 ribu koin emas. Sejak itu, wilayah Golden Horn resmi menjadi pusat pembangunan kapal dan markas administrasi angkatan laut Ottoman. 
Mimpi menguasai Eropa Sejak itu pula, Sultan Selim dan para penerusnya mempunyai kebijakan velican penguasaan Mediterania dan Laut Hitam sebagai fokus utama, kemudian baru dominasi di Laut Merah dan Samudra Hindia. Ketika Selim mulai memperluas kekuasaanya ke selatan, ke Suriah dan Mesir pada awal abad ke-16, muncul keinginannya yang lebih besar lagi yang diungkapkannya kepada ilmuwan terkemuka Kemal Pashazade.
`'Aku ingin meningkatkan jumlah armada kapal perang sampai 300 buah. Mereka harus dikerahkan sampai hisar Kagithane. Aku ingin menguasai negara-negara Eropa,'' kata Selim. Kemal Pashazade pun mengamini bahwa untuk memperkuat negara memang dibutuhkan kekuatan maritim.
Dikuasainya Suriah dan Mesir dianggap Selim sebagai batu loncatan untuk menguasai Pulau Rhodes yang terletak di dekat daratan Turki di bagian timur Laut Aegea.
Rhodes yang dikuasai oleh para ksatria Saint-John Hospitaller merupakan benteng pertahanan sangat kuat dan menjadi basis untuk melindungi para jemaat Kristen Eropa yang ingin berziarah ke Palestina.
Rhodes juga berfungsi sebagai tempat pengerahan kapal-kapal perang untuk mengganggu jalur pelayaran komersial Ottoman. Pulau itu bisa ditaklukkan oleh putra Selim, Sultan Sulaiman Sang Perkasa.
Pada masa Sultan Sulaiman dan dilanjutkan putranya, Sultan Selim II, pangkalan laut Galata terus dikembangkan. Tiga tokoh yang memegang peran penting dalam pengembangan pangkalan Galata adalah Laksamana Guzelce Kasim Pasha, Khairuddin Barbarossa, dan Sokullu Mehmed Pasha.
Pada abad ke-16, fasilitas markas angkatan laut Ottoman terentang dari Azapkapisi sampai Haskoy. Pangkalan ini mempunyai galangan besar yang mampu membangun dan mereparasi 200 kapal perang, berbagai depot amunisi, studio desain, dan gedung-gedung administratif, masjid, penjara bawah tanah, ruman pemandian, dan air mancur.
Dengan berbagai fasilitas ini, Pangkalan Angkatan Laut Istanbul yang juga dikenal sebagai Arsenal Maritim Galata menjadi pusat kekuatan maritim terkemuka di dunia yang hanya disaingi oleh Venesia.
Sebagi gambaran, ketika ada 18 kapal galley dibangun di galangan Venesia pada 1583, ada 24 kapal perang galley kecil dan 36 galley dibangun di Galata.
Pangkalan Serbaguna
Sejak 1515, aktivitas angkatan laut Ottoman dialihkan dari Gallipoli ke Istanbul yang membuat wilayah Galata akhirnya menjadi pangkalan pusat. Menurut buku catatan pangkalan itu dari tahun 1527-1528, ongkos operasional tahunan pangkalan Galata mencapai 1.662.377 koin emas.
Biaya itu meliputi gaji (mevacibat) untuk para pekerja galangan kapal seperti tukang kayu, pemotong (parutiras), operator derek (makaraci), dan pandai besi (haddad). Biaya juga perlu dikeluarkan sebagai komisi bagi para makelar (mubayaat) yang mendatangkan berbagai bahan baku pembuatan kapal. Lalu ada upah (icarat) bagi para pengrajin kapal yang bekerja di fase transportasi dan konstruksi.
Jumlah pengrajin kapal yang bekerja di galangan Galata mencapai 89 orang.
Bila permintaan kapal meningkat, banyak pengrajin tambahan yang didatangkan dari wilayah lain. Tahun 1530 merupakan salah satu masa ketika produksi kapal mencapai puncaknya. Ketika itu ada 24 galley dibangun ulang dan delapan galley diperbaiki.
Pada 1585, produksi kapal mengalami perubahan. Ada 37 galley dibangun dan diperbaiki, begitu pula 23 kapal galley kecil yang disebut bastardas. Galangan Galata juga membangun dan memperbaiki kapal lain untuk keperluan sipil seperti tongkang (mavna), kapal kargo kecil (karamursel), serta kapal pengangkut batu dan kuda.
Permintaan kapal biasanya tergantung kebutuhan perang. Setelah kekalahan telak armada laut Ottoman di Lepanto tahun 1571 yang mengorbankan ratusan kapal galley, permintaan akan kapal perang menurun.
Namun, jeda pembuatan kapal perang ini dimanfaatkan Ottoman untuk merevitalisasi pangkalan kapal perangnya dengan menambah berbagai bangunan penunjang. Baru setelah Ottoman berencana melancarkan kampanye mengambil alih Pulau Kreta dari Yunani (1645-166), produksi kapal digiatkan kembali.
Sampai ditemukannya teknologi pembangunan kapal uap di abad ke-19, berbagai kapal bertenaga dayung dan layar dibangun di Galata. Di antaranya adalagh galley, kapal perang galley kecil, fregat, kalyata (galley kecil), dan tongkang. Kemudian kapal layar seperti kalyon (galleon) yang berdek dua, burtun (kapal perang besar), barca (galley besar klasik), dan agribar (kapal latar cepat bajak laut).
Sepanjang abad ke-17, sekitar 1.200 kapal dibangun dan diperbaiki di Istanbul.
Sampai akhir abad ke-17, produksi kapal jenis galley mulai dihentikan. Ottoman kemudian memilih meningkatkan produksi kapal layar galleon yang jauh lebih besar untuk mengejar kemampuan armada laut Eropa yang sudah lebih dulu meninggalkan galley.(republika)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar