Genosida atau genosid adalah sebuah pembantaian besar-besaran secara sistematis terhadap satu suku bangsa atau kelompok dengan maksud memusnahkan (membuat punah) bangsa tersebut. Kata ini pertama kali digunakan oleh seorang ahli hukum Polandia, Raphael Lemkin, pada tahun 1944 dalam bukunya Axis Rule in Occupied Europe yang diterbitkan di Amerika Serikat. Kata ini diambil dari bahasa Yunani γένος genos ('ras', 'bangsa' atau 'rakyat') dan bahasa Latin caedere ('pembunuhan').
Genosida merupakan satu dari empat pelanggaran HAM berat yang berada dalam yurisdiksi International Criminal Court. Pelanggaran HAM berat lainnya ialah kejahatan terhadap kemanusiaan,kejahatan perang, dan kejahatan Agresi.
Menurut Statuta Roma dan Undang-Undang no. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, genosida ialah Perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama dengan cara membunuh anggota kelompok; mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota kelompok; menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang menciptakan kemusnahan secara fisik sebagian atau seluruhnya; melakukan tindakan mencegah kelahiran dalam kelompok; memindahkan secara paksa anak-anak dalam kelompok ke kelompok lain.
Ada pula istilah genosida budaya yang berarti pembunuhan peradaban dengan melarang penggunaan bahasa dari suatu kelompok atau suku, mengubah atau menghancurkan sejarahnya atau menghancurkan simbol-simbol peradabannya.
Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan mengutuk aksi pembantaian Israel di Gaza dan menyebut serangan itu sebagai genosida.
"Sebuah genosida telah terjadi secara perlahan namun terencana di Palestina sejak awal abad ke-20," kata Erdogan dalam pidatonya di parlemen Turki, seperti dikutip Republika, Kamis (15/3).
"Sebanyak 23 warga Gaza gugur dalam lima hari terakhir, termasuk anak-anak yang sedang pergi ke sekolah," tambahnya.
Dalam pidato pada Selasa (13/3) itu, Erdogan juga menyebut Jalur Gaza sebagai penjara terbuka terbesar di dunia dan menegaskan kembali tuntutannya agar Israel segera mengakhiri serangan ke Gaza.
"Saya kembali menegaskan tuntutan saya agar Israel segera mengakhiri serangan biadab terhadap Gaza dan wilayah-wilayah Palestina, dan saya secara khusus menyeru warga Israel untuk menolak aksi genosida terhadap Palestina..."
Negarawan dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) itu mengungkapkan bahwa Tel Aviv kembali melancarkan serangan udara ke Palestina setelah gagal menghancurkan Gaza melalui penahanan bantuan makanan, bahan bakar dan obat. Erdogan menegaskan mendukung perlawanan para pejuang Palestina dalam memperjuangkan hak dan tanah air mereka.
"Sebuah genosida telah terjadi secara perlahan namun terencana di Palestina sejak awal abad ke-20," kata Erdogan dalam pidatonya di parlemen Turki, seperti dikutip Republika, Kamis (15/3).
"Sebanyak 23 warga Gaza gugur dalam lima hari terakhir, termasuk anak-anak yang sedang pergi ke sekolah," tambahnya.
Dalam pidato pada Selasa (13/3) itu, Erdogan juga menyebut Jalur Gaza sebagai penjara terbuka terbesar di dunia dan menegaskan kembali tuntutannya agar Israel segera mengakhiri serangan ke Gaza.
"Saya kembali menegaskan tuntutan saya agar Israel segera mengakhiri serangan biadab terhadap Gaza dan wilayah-wilayah Palestina, dan saya secara khusus menyeru warga Israel untuk menolak aksi genosida terhadap Palestina..."
Negarawan dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) itu mengungkapkan bahwa Tel Aviv kembali melancarkan serangan udara ke Palestina setelah gagal menghancurkan Gaza melalui penahanan bantuan makanan, bahan bakar dan obat. Erdogan menegaskan mendukung perlawanan para pejuang Palestina dalam memperjuangkan hak dan tanah air mereka.
PEMAKSAAN RUU GENOSIDA OLEH PRANCIS
Persatuan Ulama Internasional secara resmi menyatakan dukungannya terhadap sikap Turki yang menentang Prancis, terkait tudingan genosida di Armenia. Tuduhan yang dituangkan dalam RUU Prancis itu mengancam mengkriminalkan siapa saja yang menyangkal pembunuhan massal orang-orang Armenia oleh pasukan Turki Ustmani di tahun 1915-1916.
Barangsiapa yang menyangkal telah terjadi pembunuhan massal orang-orang Armenia oleh pasukan Turki Utsmani diancam hukuman penjara satu tahun dan denda 45.000 euro atau sekitar USD 59.000. Dengan kata lain, penyangkal genosida yang dilakukan oleh pasukan Muslim terhadap orang-orang Armenia diperlalukan sama dengan para penentang holocaust.
Persatuan Ulama Internasional melalui sekjennya menyatakan RUU Prancis itu tidak adil. Pernyataan ini senada dengan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan yang mengatakan bahwa apa yang dilakukan Prancis merupakan upaya pengaburan sejarah.
Ketika orang-orang Armenia mengngkat senjata melawan Kekhalifahan Turki Utsmani saat pasukan Rusia menginvasi Anatolia Timur -sekarang Turki sebelah timur- menurut Ankara sekitar 300.000 orang menjadi korban. Tidak sedikit pula korban tewas di pihak Turki Ustmani. Sementara Armenia mengklaim ada 1,5 juta orang mereka dibunuh pasuan Turki ketika itu.
Erdogan menuding Sarkozy -seorang keturunan Yahudi- menggunakan isu anti Islam dan Turki untuk menarik minat pemilik suara pada pemilu Prancis mendatang. Di Prancis ada sekitar 500.000 pemilik suara yang potensial mendukung Sarkozy.
Erdogan menyuruh Sarkozy bertanya kepada ayahnya, seorang veteran tentara Prancis, tentang pembantaian massal di Aljazair oleh pasukan Prancis yang menjajah negeri mayoritas Muslim itu.
"Di Aljazair dari tahun 1945, diperkirakan 15 persen dari populasi dibantai oleh Prancis. Ini yang namanya genosida," kata Erdogan dikutip BBC (23/12).
"Orang-orang Aljazair dibakar secara masal di oven," imbuh Erdogan. [IK/Hdy]
Barangsiapa yang menyangkal telah terjadi pembunuhan massal orang-orang Armenia oleh pasukan Turki Utsmani diancam hukuman penjara satu tahun dan denda 45.000 euro atau sekitar USD 59.000. Dengan kata lain, penyangkal genosida yang dilakukan oleh pasukan Muslim terhadap orang-orang Armenia diperlalukan sama dengan para penentang holocaust.
Persatuan Ulama Internasional melalui sekjennya menyatakan RUU Prancis itu tidak adil. Pernyataan ini senada dengan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan yang mengatakan bahwa apa yang dilakukan Prancis merupakan upaya pengaburan sejarah.
Ketika orang-orang Armenia mengngkat senjata melawan Kekhalifahan Turki Utsmani saat pasukan Rusia menginvasi Anatolia Timur -sekarang Turki sebelah timur- menurut Ankara sekitar 300.000 orang menjadi korban. Tidak sedikit pula korban tewas di pihak Turki Ustmani. Sementara Armenia mengklaim ada 1,5 juta orang mereka dibunuh pasuan Turki ketika itu.
Erdogan menuding Sarkozy -seorang keturunan Yahudi- menggunakan isu anti Islam dan Turki untuk menarik minat pemilik suara pada pemilu Prancis mendatang. Di Prancis ada sekitar 500.000 pemilik suara yang potensial mendukung Sarkozy.
Erdogan menyuruh Sarkozy bertanya kepada ayahnya, seorang veteran tentara Prancis, tentang pembantaian massal di Aljazair oleh pasukan Prancis yang menjajah negeri mayoritas Muslim itu.
"Di Aljazair dari tahun 1945, diperkirakan 15 persen dari populasi dibantai oleh Prancis. Ini yang namanya genosida," kata Erdogan dikutip BBC (23/12).
"Orang-orang Aljazair dibakar secara masal di oven," imbuh Erdogan. [IK/Hdy]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar