Kamis, 12 April 2012

Akan Ada Bencana Besar di Pertengahan Bulan Ramadhan 2012 (Menurut Sebuah Hadist Yang Dianggap dhaif )



Heboh mengenai peristiwa huru-hara, bencana besar, atau hari kiamat yang akan terjadi pada hari Jum’at pertengahan bulan Ramadhan 1433H (Ramadhan tahun 2012 Masehi). Berita atau kabar ini banyak diperbincangkan orang, baik di Fb, twitter, dlsb beberapa waktu lalu karena berasal dari sebuah hadist.

Salah satu berita yang beredar adalah kurang lebih sebagai berikut:
Coba lihat kalendar tahun 2012. Tanggal 1 Ramadhan pada tahun 2012 jatuh pada tanggal 20 Juli yaitu hari Jum’at, jadi tanggal 3 Agustus 2012 bertepatan dengan 15 Ramadhan yang juga pada hari Jum’at.
Sama dengan satu hadis Nabi Shalallahu
‘Alaihi Wasallam tentang huru hara besar yang akan terjadi pada tengah malam pertengahan Ramadhan yaitu hari Jum’at, 15 Ramadhan di bumi ini. Huru hara yang akan mengejutkan semua orang yang sedang tidur. Satu suara yang amat dahsyat akan kita dengar dari langit, bukan kiamat tetapi huru hara tersebut akan melenyapkan umat manusia di atas muka bumi ini sebanyak 2/3-nya, yang tersisa hanya 1/3 saja. ( Menurut kajian NASA, pada 21-12-2012 satu planet yg yang dikenali planet X akan melintasi bumi ) Adakah kita semua tergolong dalam 1/3 itu? Adakah peristiwa itu akan berlaku pada 2012? Hanya ALLAH yang Maha Mengetahui..
Yang penting kita perbanyak ibadah dan berdoa agar kita termasuk dalam golongan yang dilindungi Allah, jika mati biarlah kita mati dalam Islam dan beriman. Apa pun, peristiwa itu pasti akan berlaku mengikut hadist Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam di bawah.
Adapun hadist yang dimaksud adalah (artinya):
Dari Nu’aim bin Hammad meriwayatkan dengan sanadnya bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Bila telah muncul suara di bulan Ramadhan, maka akan terjadi huru-hara di bulan itu…”.
Kami bertanya: “Suara apakah itu, ya Rasulullah? ”
Beliau menjawab: “Suara keras di pertengahan bulan Ramadhan, pada malam Jum’at, akan muncul suara keras yang membangunkan orang tidur, menjadikan orang yang berdiri jatuh terduduk, para gadis keluar dari pingitannya, pada malam Jum’at di tahun terjadinya banyak gempa. Jika kalian telah melaksanakan shalat Subuh pada hari Jum’at, masuklah kalian ke dalam rumah kalian, tutuplah pintu-pintunya, sumbatlah lubang-lubangnya, dan selimutilah diri kalian, sumbatlah telinga kalian. Jika kalian merasakan adanya suara menggelegar, maka bersujudlah kalian kepada Allah dan ucapkanlah:  Mahasuci Al-Quddus, Mahasuci Al-Quddus, Rabb kami Al-Quddus, karena barangsiapa melakukan hal itu, maka ia akan selamat, tetapi barangsiapa yang tidak melakukan hal itu, maka ia akan binasa”.
Hadits ini terdapat dalam kitab Al Fitan, karya Nu’aim bin Hammad, Juz. 1, Hal. 228, No. 638. Juga kitab Kanzul ‘Ummal, karya Imam Alauddin Al Muttaqi Al Hindi No. 39627.
Sanad hadits tersebut sebagai berikut, berkata Nu’aim bin Hammad:

حَدَّثَنَا أَبُو عُمَرَ عَنِ ابْنِ لَهِيعَةَ قَالَ : حَدَّثَنِي عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ حُسَيْنٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ عَنْ أَبِيهِ عَنِ الْحَارِثِ الْهَمْدَانِيِّ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ

                Berkata kepada kami Abu Umar, dari Ibnu Luhai’ah, dia berkata: berkata kepadaku Abdul Wahhab bin Husain, dari Muhammad bin Tsabit Al Bunani, dari ayahnya, dari Al Haarits Al Hamdani, dari Ibnu Mas’udRadhiallahu ‘Anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: ... (lalu disebut hadits di atas)

                Hadits ini memiliki banyak cacat, yakni pada semua perawinya –kecuali Ibnu Mas’ud Radhiallalhu ‘Anhu:
1.       Nu’aim bin Hammad

Beliau termasuk seorang imam, beliaulah yang menyusun kitab Al Fitansendiri, tetapi  para  imam hadits telah mengkritiknya dengan tajam.  Tentang Beliau dan kitab Al Fitan, Imam Adz Dzahabi berkata:
لا يجوز لاحد أن يحتج به، وقد صنف كتاب " الفتن " فأتى فيه بعجائب ومناكير.
                “Tidak boleh bagi seorang pun berhujjah dengannya, dan Dia telah menyusun kitab Al Fitan, yang di dalamnya terdapat  banyak keanehan dan kemungkaran.” (As Siyar A’lamin Nubala, 10/609)

Imam An Nasa’i mengatakan: “Dia orang yang lemah (dhaif).”  Imam Al Azdi mengatakan: “Dia termasuk orang yang memalsukan hadits demi membela sunah.”  Imam Al ‘Abbas bin Mush’ab mengatakan dalam Tarikh-nya: “Dia memalsukan sebah buku untuk membantah kaum Jahmiyah.”  Oleh karenanya Imam Adz Dzahabi mengatakan tentangnya: “Salah satu imam dunia, yang memiliki kelemahan dalam haditsnya.” (Lihat semua dalam Mizanul I’tidal, 4/267-269)

Ada yang menilainya jujur dan terpercaya, seperti Imam Yahya bin Ma’in, Imam Ahmad, dan Imam Al ‘Ijli, dan Imam Al Bukhari pernah mengambil hadits darinya. (IbidNamun dalam kitab yang lain Imam Ibnu Ma’in pernah mengkritiknya.

Dalam As Siyar disebut oleh Imam Adz Dzahabi, menurut Imam Al ‘Abbas bin Mush’ab bahwa Nu’aim bin Hammad telah memalsukan satu buku untuk membantah Imam Abu Hanifah dan Muhammad bin Al Hasan, serta memalsukan 13 buku untuk membantah kelompok Jahmiyah. 

Shalih Al Jazarah dan Az Zuhri mengatakan, Nu’aim bin Hammad adalah seorang yang memiliki banyak hadits-hadits munkar yang tidak bisa diikuti. Imam Yahya bin Ma’in ditanya tentang haditsnya Nu’aim bin Hammad, beliau menjawab: “haditsnya bukan apa-apa (maksudnya jangan dianggap, pen).”

Ibnu Hammad Ad Daulabi mengatakan: “Nu’aim bin Hammad dhaif.” Ahmad bin Syu’aib, Ibnu Hammad, dan lainnya mengatakan: “Dia memalsukan hadits demi membela sunah, dan memalsukan hikayat para ulama tentang fitnahnya Abu Hanifah, semua adalah dusta.”  Imam An Nasa’i mengatakan: “Dia telah memasuki batas sebagai orang yang tidak boleh dijadikan hujjah.”

Imam Ibnu Hibban berkata tentang dia: “Suka salah dan bimbang.” Ibnu Yunus mengatakan: “Dia meriwayatkan hadits-hadits munkar dari orang-orang yang bisa dpercaya.” (Lihat semua dalam Siyar A’lamin Nubala, 10/595 – 611)

Foto Meteor Jatuh
2.       Abu Umar

Inilah cacat kedua. Abu Umar, dia adalah Hammad bin Waqid Al ‘Isya Ash Shafar. Beliau adalah guru dari Nu’aim bin Hammad.

Abu Umar Hammad bin Waqid ini telah didhaifkan para ulama. Imam Yahya bin Ma’in mengatakan: “dhaif.” Imam Al Bukhari berkata: “munkarul hadits – haditsnya munkar.” Imam Abu Zur’ah dan lainnya: “Layyin –lemah.” Imam Al Fallas mengatakan: “Banyak salah dan wahm (bimbang/ragu).” (Lihat Al Mizan, 1/600)

3.       Ibnu Lahi’ah

Beliau adalah rawi yang terkenal kelemahannya, yakni buruk pada sisi hapalannya, khususnya setelah buku-bukunya terbakar. Ishaq bin Isa mengatakan kitab-kitabnya terbakar pada tahun 169H.

                Diceritakan bahwa Imam Yahya bin Said Al Qaththan  sama sekali tidak mau menganggap hadits Ibnu Luhai’ah.  Imam Abdurrahman bin Mahdi mengatakan: “Saya tidak membawakan haditsnya sedikit atau banyak.” Imam Muslim mencertakan bahwa Waki’, Yahya, dan Ibnu Mahdi meninggalkan hadits Ibnu Lahi’ah.  Imam An Nasa’i mengatakan: “Laisa bitsiqah – bukan orang terpercaya.” Abdurrahman bin Kharrasy mengatakan: “Jangan ditulis haditsnya.”  Abu Zur’ah dan Yahya bin Ma’in mengatakan: “Tidak bisa dijadikan hujjah.” Abu Ishaq Al Jauzajaani mengatakan: “Haditsnya tidak memiliki cayaha, tidak bisa dijadikan hujah, dan jangan diikuti.” (Lengkapnya lihat As Siyar, 8/11-31)

4.       Abdul Wahhab bin Husain

Imam Al Hakim berkata tentang beliau: “Majhuul – tidak dikenal.” (Al Mustadrak No. 8590), Al Hafizh Ibnu Hajar juga berkata tentang beliau: “Majhuul .” (Lisanul Mizan, 4/87)

5.       Muhammad bin Tsaabit Al Bunani

Imam Yahya bin Ma’in mengatakan: “Laisa biqawwi – tidak kuat.” Imam Abu Hatim mengatakan: “Tidak bisa dijadikan hujah dan haditsnya munkar.” Abu Zur’ah berkata: “Layyin – lemah.”  (Imam Abdurrahman bin Abi Hatim, Al Jarh wat Ta’dil, 7/217)

Imam An Nasa’i mengatakan: “Dhaif. Imam Ibnu ‘Adi mengatakan: “haditsnya tidak bisa diikuti.” Imam Al Bukhari mengatakan: “Padanya ada yang pertimbangkan.” (Mizanul I’tidal, 3/495)

6.       Al Haarits Al Hamdani

Dia adalah Al A’war (buta sebelah matanya). Kun-yahnya adalah Abu Zuhair.  Dia juga lemah, bahkan sebagian menuduhnya sebagai pendusta. 

Asy Sya’bi berkata: “Bercerita kepadaku Al Haarits Al A’war, dan dia adalah Kadzdzaab – pendusta.” Ibrahim berkata: “Dia tertuduh (sebagai pendusta).” Ibnu Al Madini berkata: “Kadzdzaab.” Yahya bin Ma’in mengatakan: “Dhaif.”  An Nasa’i berkata: “Laisa bilqawwi – bukan orang kuat.” Ad Daruquthni mengatakan: “Dhaif.”  Yahya Al Qaththan mengatakan: “Umumnya apa yang diriwayatkannya tidak terjaga.” Ibnu Hibban berkata: “Beliau orang yang ekstrimtasyayyu’ (condong ke syi’ah), dan haditsnya lemah.” (Mizanul I’tidal, 1/435-437)  

Maka, betapa mengenaskan riwayat ini! Seandainya satu perawi saja yang bermasalah sudah cukup menjatuhkan hadits ini, namun hadits ini  ada enam perawi yang bermasalah, bahkan beberapa di antara mereka ada yang disebut sebagai pemalsu hadits dan pendusta. Oleh karenanya para ulama seperti Imam Adz Dzahabi dalam At Talkhish, Imam Ibnul Qayyim dalam Al Manar Al Munif, Syaikh Al Albani dalam Adh Dhaifah menyebutkan bahwa ini adalah hadits palsu (maudhu’), dan hendaknya kita berhati-hati terhadap riwayat yang semisal ini. (Lihat Syaikh Abdullah Al Faqih, Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyah No. 41701. Syaikh Al Albani, As Silsilah Adh Dhaifah No. 6471)
Kesimpulan:
Maka, betapa mengenaskan riwayat ini! Seandainya satu perawi saja yang bermasalah sudah cukup menjatuhkan hadits ini, namun hadits ini ada enam perawi yang bermasalah, bahkan beberapa di antara mereka ada yang disebut sebagai pemalsu hadits dan pendusta. Oleh karenanya para ulama seperti Imam Adz Dzahabi dalam At Talkhish, Imam Ibnul Qayyim dalam Al Manar Al Munif, Syaikh Al Albani dalam Adh Dhaifah menyebutkan bahwa ini adalah hadits palsu (maudhu’), dan hendaknya kita berhati-hati terhadap riwayat yang semisal ini. (Lihat Syaikh Abdullah Al Faqih, Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyah No. 41701. Syaikh Al Albani, As Silsilah Adh Dhaifah No. 6471)
Hadist ini sama sekali tidak bisa dijadikan pegangan (hujjah), apalagi disebarluaskan. Agar kita selalu berhati-hati dalam menyebarkan dan menulis hadist. Karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa yang berdusta atasku (yakni atas namaku) dengan sengaja, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya (yakni tempat tinggalnya) di neraka." (HR. Muslim, dari Abu Hurairah radhiyalahu ‘anhu)
Dari Abi Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata. Telah bersabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam:
"Barangsiapa yang membuat-buat perkataan atas (nama) ku yang (sama sekali) tidak pernah aku ucapkan, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di neraka". (HR. Muslim)
Dari Salamah bin Akwa, ia berkata. Aku telah mendengar Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda:
"Barangsiapa yang mengatakan atas (nama)ku apa-apa (perkataan) yang tidak pernah aku ucapkan, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di neraka". (HR. Muslim)
Kemudian Imam Ahmad meriwayatkan lagi dengan lafadz:
"Tidak seorangpun yang berkata atas (nama)ku dengan batil, atau (ia mengucapkan) apa saja (perkataan) yang tidak pernah aku ucapkan, melainkan tempat duduknya di neraka". (HR. Ahmad)
Penutup
Tidak seorangpun dapat mengetahui secara pasti apa yang akan terjadi nanti, besok, atau dimasa yang akan datang. Seperti halnya kematian, maka bencana, musibah, atau hari kiamat adalah rahasia Allah Yang Maha Mengetahui.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Manusia bertanya kepadamu tentang (kapan datangnya) hari kiamat. Katakanlah, ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang kapan datangnya hari kiamat itu hanyalah di sisi Allah.’ Dan tahukah kamu (wahai Muhammad) boleh jadi hari kiamat itu sudah dekat waktunya?” (QS. Al-Ahzab: 63)
Dan banyak lagi firman Allah ta’ala tentang hari kiamat di dalam al-Qur’an. Tidak satupun ayat yang menjelaskan secara rinci dan pasti tentang waktu terjadinya kiamat. Hanya saja Allah ta’ala memperingatkakan bahwasanya Boleh jadi Hari Kiamat itu sudah dekat waktunya. Hal ini dimaksudkan agar kita selalu berada dalam keimanan dan tetap bersemangat beramal shaleh dan berbuat baik dalam kehidupan kita saat ini.
Adapun Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam hanyalah diberitahu Allah ta’ala tentang tanda-tanda menjelang hari akhir itu. Beliau-pun tidak dapat mengetahuinya dengan pasti. Jadi sebagai umat Islam yang beriman, sepatutnya kita bersegera untuk memperbanyak bekal kita untuk menyongsong hari akhir itu. Menyongsong hari akhir kita berada di dunia (mati). Menyambut hari yang kekal, akhirat.
Mari kita tetap istiqomah dan berlomba-lomba beramal. Jangan tunda beramal dan berbuat baik. Karena kematian bisa datang kapan saja!
Wa Shallallahu ‘ala Nabiyina Muhammadin wa ‘Ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallam. Wallahu A’lam Bishshawwab…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar