Sabtu, 14 April 2012

Assassin: Organisasi Pembunuh Paling Berbahaya


Sejarah Kuno Assassin
Pada pertengahhan abad 12, di syria terdapat sebuah perkumpulan atau kelompok rahasia para penghisap ganja. apa hubungannya penghisap ganja dengan pembunuh ? jika timbul pertanyaan seperti itu maka jawabannya adalah karena para pembunuh ini setelah melakukan aksinya mereka akan menghisap ganja. Para pembunuh ini berupaya mengambil tahta kepemimpinan Islam pada saat itu dengan cara kekerasan. Struktur organisasi ini tersusun sangat rapi. Mereka membangun sebuah sistem sel bawah tanah membentuk agensi dan spionase dengan struktur kepemimpinan piramida. Jaringan inteljen piramid ini mereka gerakan di tengah – tengah umat muslim di seluruh dunia.
Dalam kepemimpinan piramida ini, ada satu pemimpin tertinggi. Tugasnya mengatur seluruh agen di berbagai wilayah masyarakat Muslim. Para eksekutor kelompok dalam organisasinya ini disebut Hassassin.

Hassasin sendiri berasal dari Orang Arab menyebut ganja sbg “hasis”, nama yang pernah melambung mengikuti reputasi “Hassassin”, pasukan “soldier of fortune” penghisap candu. Tapi pengartian hassassin sebagai penghisap ganja ini kontroversi, beberapa pakar bahasa Arab mengartikan hassasin sebagai “penjaga-penjaga rahasia”.

Jadi, nama Hassasin bukan berasal dari kata “ganja” melainkan dari kata “penjaga – penjaga rahasia” atau bisa juga “pembunuh rahasia”.
Meski dalam sejarah namanya Hassassin namun di zaman sekarang lebih banyak yang menyebut Assassin dari pada Hassassin, mungkin karena agak repot menyebutkannya. begitu juga dengan saya lebih suka menyebutnya Assassin. Maka dari itu saya akan memakai kata Assassin di postinggan ini.
Semula, kelompok Assassins ini disebut Nizariyah. Karena, mereka berusaha mengembalikan Pangeran Nizar al-Toyyib ke tahta kekuasaan Mesir. Nizariyah melakukan cara ini karena yakin bahwa Pangeran Nizar al-Toyyib adalah reinkarnasi Nabi Ismail as. Namun berkali Nizariyah salah strategi dan gagal meraih tujuan. Akhirnya mereka berinovasi menentukan pemimpin dan berinovasi dg merubah tujuan & cara organisasi mereka. Yaitu dengan dalih baru bahwa Nizariyah dibentuk untuk menyambut kedatangan Imam Mahdi (Mesias).
Kali ini Nizariyah melanggar syariah Islam. Mereka menyabotase dan mengadopsi secara compang-camping akidah Syiah tentang Imam Mahdi. Dengan dalih mempersiapkan diri untuk menyambut datangnya Imam Mahdi, Imam ke-12 yang diagungkan masyarakat Syiah, kelompok Nizariyah melancarkan serangan bawah tanah kepada orang-orang yang dianggap musuhnya. Perbuatan Nizariyah ini jelas bertentangan dengan syariah Islam yang disampaikan Nabi Muhammad SAW dan keyakinan masyarakat Syiah. Menurut keyakinan masyarakat syiah Kepemimpinan Nabi Muhammad akan dilanjutkan oleh 12 Imam. Imam terakhir adalah Imam Mahdi yang dijanjikan Allah SWT sebagai penegak keadilan akhir zaman.
Sehebat apapun aksi mereka, meski mengklaim gerakannya demi mempersiapkan datangnya Imam Mahdi, sangat jelas mereka melanggar Syariat Islam. Misalnya adalah, kelompok ini membolehkan setiap pemimpin mereka memiliki hak istimewa,contohnya meminum anggur hingga mabuk, menghisap ganja hingga teler. Lebih parah lagi, pemimpin mereka dihalalkan membunuh umat Islam lainnya dengan alasan jihad. Penyimpangan total terhadap Syariat Islam yang mereka lakukan menjadi alasan para ulama Syiah mendakwa mereka sebagai orang-orang murtad dan sesat.
Jadi, orang orang Nizariyah atau assasin ini adalah kelompok yang memegang ajaran islam yang sesat atau bisa dibilang bukan islam lagi.

Setelah dinyatakan bersalah dan sesat, kelompok Nizariyah meninggalkan Mesir dan pindah ke Syria. Kemudian, di sana kaum Nizariyah dikenal sebagai kelompok Hassasin. Bahasa Inggris mengkonversi kata ini menjadi Assassins.

 
Selanjutnya, dalam kendali kepemimpinan Hasan Bin Sabah, kelompok Assassins banyak melakukan serangan gerilya secara keji. Mereka menyerang kota Baghdad dari markas besarnya di Lembah Alamut, sebelah utara Persia. Mereka berusaha menggulingkan penguasa pada masa itu.
Dalam The History of The Assassins, Amin Maluf menjelaskan bahwa Hasan Bin Sabah adalah master budaya dan penyair yang menguasai sains modern. Hasan Bin Sabah berusaha keras membangun organisasi Assassins. Dia adopsi teknik-teknik Darul Hikmat di Kairo, Mesir. Dia berambisi memajukan organisasi yang dipimpinnya itu. Terbukti, setelah dua abad lebih, kelompok Assassins lihai membunuh musuh-musuhnya dengan racun dan senjata. Kelompok ini juga mahir melakukan serangan-serangan bawah tanah yang pernah menjadi momok di kawasan Timur Tengah. Benteng Assassins Lembah Alamut menjadi salah satu legenda Persia yang terkenal dengan sebutan “surga dunia”. Marco Polo terkesan akan kemegahan dan kemewahan Benteng Alamut, usai perjalanannya melintasi benteng itu pada tahun 1271 M.
Hasan Bin Sabah merekrut para pemuda di wilayahnya sebagai pengikutnya dengan cara membius mereka dan mengangkutnya ke lembah itu. Setelah sadar, ternyata mereka berada di “surga dunia” itu. Pemandangan surga dunia dipamerkan kepada mereka. Segala kenikmatan bius mereka rasakan berbarengan dengan doktrin-doktrin sebelum akhirnya dilepas kembali ke tengah masyarakat.
Setelah para pemuda itu diculik oleh Hasan Bin Sabah untuk dijadikan murid, ketika itu mereka dicuci otak dengan berbagai merek dan tipe tipu daya. Akal sehat mereka menjadi hilang. Bagi mereka, sosok Hasan Bin Sabah adalah segalanya. Moto mereka kemudian menjadi  ”Tak ada larangan ! Semua halal !
Di atas adalah gambar benteng alamut masa kini yang dulunya adalah “surga dunia” para assassin.


Arkun Daraul dalam karyanya A History of Secret Societies, membagi kelompok rahasia pengikut Assassins menjadi tiga lapis. Pertama, para misionaris (Dayes), kedua para sahabat (Rafiq), ketiga adalah murid-murid yang teruji kesetiaannya, pecintanya (Muhibbin). Golongan terakhir adalah para eksekutor terlatih. Para muhibbin mencirikan diri dengan topi putih dan sepatu boot merah. Ketiga lapis kelompok Assassins, selain mahir menghunjam belati di dada korbannya, mereka juga menguasai bermacam bahasa. Ada kalanya mereka berdandan dan berperilaku seolah pendeta. Mereka juga berbaur dengan masyarakat dengan menjadi pedagang dan serdadu. Intinya, mereka siap menyamar menjadi siapa saja sebagai kedok demi menjalankan misi dan meraih tujuan.


Pengaruh Assassins menyebar ke seantero jagad hingga pertengahan abad 13. Setelah Hasan Bin Sabah terbunuh di tangan anaknya sendiri, Muhammad, kelompok Assassins mengalami kemunduran. Kemudian Muhammad juga dibunuh anaknya sendiri. Tahun 1256, markas besar Assassins, Benteng Alamut, jatuh ke tangan penjajah Mongol yang menandai akhir riwayat Assassins.
Pada awal abad 16, pemerintahan Ottoman yang berkuasa, menghancurkan pertahanan terakhir Assassins yang tak terkalahkan pada masanya. Perubahan besar ini menjadikan dinasti pemimpin Nizariyah Ismailiyah memodernisasi organisasinya. Agha Khan adalah tokoh utamanya. Kemudian mereka menghilangkan citra Assassins atau ‘pembunuh’. Organisasi yang berubah total ini mensyaratkan toleransi kepada sesama umat manusia sebagai lanskap kegiatannya dan melaksanakan perintah Al-Quran.


Sejarah Modern Assassin
Ketika dunia pindah ke modern, membunuh orang penting mulai menjadi lebih dari alat dalam perebutan kekuasaan antara penguasa diri sendiri dan juga digunakan untuk simbolisme politik, seperti dalam pembuatan propaganda . Di Rusia saja, empat kaisar terbunuh dalam waktu kurang dari 200 tahun: Ivan VI , Peter III , Paulus I , dan Alexander II .
dalam dunia modern para assassin biasanya tidak langsung membunuh target melainkan memberikan peringatan pada target sehingga sang target akan mengakui kalah atau menyerah dan mengikuti perintah assassin.
Para target assassin juga biasanya adalah para penjabat negara atau orang” dari golongan atas. Di Amerika Serikat, empat presiden, Abraham Lincoln , James Garfield , William McKinley , dan John F. Kennedy , tewas di tangan pembunuh (assassin modern).

Metode Assassin Kuno
Metode pada zaman kuno dilakukan dengan cara yang cukup sederhana namun cukup berhasil yaitu dengan cara menusuk , mencekik atau bludgeoning . Teknik utama assasin adalah dengan menggunakan metode infiltrasi , dengan pembunuhan yang sebenarnya dengan cara menusuk, mencekik atau pencekikan . Racun juga mulai dipakai dalam berbagai bentuk.
Kematian karena jamur topi dan tanaman serupa menjadi pilihan tradisional Assassin terutama jika mereka tidak bisa membunuh secara langsung maka mereka menggunakan racun, gejala keracunan tidak akan nampak pada saat assassin memberikan racun kepada korban dan setelah beberapa saat racun mulai mengeluarkan reaksinya dan membunuh target secara perlahan.
 
Metode Assassin Modern
Dengan munculnya persenjataan senjata api , posisi target lebih berbahaya, bahkan Bodyguards tidak lagi cukup untuk menahan Assassin. Selain itu, jarak jangkauan target lebih besar dan lebih mudah di bunuh secara dramatis meningkatkan peluang hidup si assassin. Kepala pertama pemerintahan yang dibunuh dengan senjata api adalah Bupati Skotlandia yang bernama Moray pada tahun 1570, dan William Diam , Pangeran Orange dari Belanda tahun 1584. Gun powder dan bahan peledak lainnya juga memungkinkan penggunaan bom. Bahan peledak, khususnya bom mobil , menjadi jauh lebih umum dalam sejarah modern, dengan granat dan remote-pemicu ranjau darat juga digunakan, terutama di Timur Tengah dan Balkan. Dengan senjata berat, granat roket (RPG) telah menjadi alat yang berguna mengingat popularitas mobil lapis baja, sementara pasukan Israel telah merintis penggunaan 
pesawat-rudal serta penggunaan inovatif perangkat peledak.
Sebuah sniper dengan presisi senapan sering digunakan dalam pembunuhan fiktif. Namun, kesulitan tertentu menghadiri menembak jarak jauh, termasuk mencari posisi penembakan tersembunyi dengan berhadapan jelas, dan senjata ini tentu sangat mendukung peranan si assassin karena dia dapat membunuh sang target dari jarak yang cukup jauh. hingga memudahkannya untuk bersembunyi atau melarikan diri.
 
pistol adalah senjata lebih mudah digunakan , dan konsekwensinya jauh lebih umum digunakan daripada senapan. Dari 74 insiden utama dievaluasi dalam sebuah studi besar tentang metode pembunuhan pada paruh kedua abad ke-20, 51% yang dilakukan oleh pistol, 30% dengan sniper atau senapan, 15% dengan pisau, dan 8% bahan peledak.
Dalam metode pembunuhan yang lain, keracunan dapat lebih mudah di lakukan oleh sang assassin karena assassin adalah seorang yang bisa menyamar menjadi siapa saja dan membuka kemungkinan untuk bisa memberikaan racun pada korban dengan cara mencampurkan racun dengan makanan dan minuman atau dilakukan dengan menggunakan Sebuah pelet kecil yang mengandung racun dan disuntikkan ke korban.

Kesimpulan Akhir
jadi, assassin mencapai tujuannya dengan segala cara dan senjata yang digunakan pun berkembang mengikuti zaman. meski awalnya kelompok ini bertindak melenceng dari ajaran agama islam namun pada awaal abad ke-16 organisasi ini berda diambang kehancuran dan akhirnya organisasi ini kembali ke jalan ajaran Al-Quran dan di zaman modern ini assassin di libatkan sebagai orang yang mengincar para petinggi negara yang bertindak seenaknya.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar