[The War On Terror]
Oleh: Dr. Paul Craig Roberts
Apakah ada yang ingat "perang cakewalk" yang diperkirakan akan berlangsung enam minggu, dengan biaya U$ 50 - U$ 60 miliar, dan akan dibayar dari penghasilan minyak Irak?
Apakah ada yang ingat bahwa ekonom Gedung Putih, Lawrence Lindsey dipecat oleh Dubya karena Lindsey memperkirakan bahwa perang Irak bisa menelan biaya sebesar U$ 200 milyar?
Lindsey dipecat karena memperkirakan biaya perang yang lebih banyak (over-estimating), namun menurut Joseph Stiglitz dan Linda Bilmes, biayanya telah mencapai 15 kali lebih dari perkiraan Lindsey. Dan Amerika Serikat masih menugaskan 50.000 pasukannya di Irak.
Apakah ada yang ingat bahwa beberapa saat sebelum invasi Amerika Serikat ke Irak, pemerintah Amerika Serikat menyatakan kemenangannya atas Taliban di Afghanistan?
Apakah ada yang ingat bahwa alasan Dubya memberikan izin untuk menyerang Irak karena senjata pemusnah massal Saddam Hussein, senjata yang pemerintah Amerika Serikat sendiri tahu bahwa senjata pemusnah massal itu tidak ada?
Apakah orang Amerika menyadari bahwa neo-konservatif yang membuat kesalahan-kesalahan fantastis ini, atau mengatakan kebohongan yang luar biasa ini, masih tetap mengendalikan pemerintah di Washington?
"Perang Melawan Teror" sekarang sudah memasuki tahun kesebelas. Sebenarnya mengenai apa itu semuanya?
Jawaban intinya bahwa "Perang Melawan Teror" adalah mengenai penciptaan teroris yang sebenarnya. Pemerintah Amerika Serikat sangat membutuhkan teroris nyata/real untuk membenarkan tindakan perluasan perangnya terhadap negara-negara Muslim dan untuk membuat orang-orang Amerika cukup takut agar mereka terus menerima negara polisi yang menyediakan "keamanan dari teroris," tetapi bukan dari pemerintah yang mencampakan kebebasan sipil mereka.
Pemerintah Amerika Serikat menciptakan teroris dengan menyerang negara-negara Muslim, merusak infrastruktur dan membunuh sejumlah besar warga sipil. Amerika Serikat juga menciptakan teroris dengan mengangkat dan mendudukkan pemerintah boneka untuk menguasai umat Islam dan menggunakan pemerintah boneka untuk membunuh serta menganiaya warga negaranya seperti yang terjadi saat ini dalam skala yang luas di Pakistan.
Neo-konservatif menggunakan peristiwa serangan 9/11 untuk memulai rencana mereka dalam rangka hegemoni dunia oleh Amerika Serikat. Rencana mereka sesuai dengan kepentingan oligarki Amerika yang berkuasa. Perang adalah baik untuk keuntungan militer/kompleks keamanan, yang setengah abad lalu peringatan Presiden Eisenhower kepada kita menjadi sia-sia. Hegemoni Amerika adalah baik untuk mengontrol terhadap sumber daya industri minyak dan arus sumber dayanya. Mentransformasikan Timur Tengah menjadi negara boneka Amerika yang luas serta untuk melayani aspirasi Lobby Zionis Israel dalam rangka ekspansi wilayah Israel.
Kebanyakan orang Amerika tidak bisa melihat apa yang terjadi karena mereka dikondisikan. Kebanyakan orang Amerika percaya bahwa pemerintah mereka adalah yang terbaik di muka bumi, bahwa secara moral termotivasi untuk membantu orang lain dan untuk berbuat baik, mendorong memberikan bantuan untuk negara-negara di mana ada kelaparan dan bencana alam. Kebanyakan mereka percaya bahwa presiden mengatakan kebenaran, kecuali tentang urusan seksual mereka.
Kegigihan delusi atau khayalan ini sangat luar biasa dalam menghadapi berita harian yang melaporkan pemerintah Amerika Serikat melakukan hal-hal yang baik, dan campur tangannya yang hampir di setiap negara di muka bumi ini. Kebijakan Amerika Serikat untuk memiliki, menggulingkan pemerintahan, atau menyatakan perang terhadap pemimpin negara-negara lain yang mewakili kepentingan rakyat mereka yang bukan untuk kepentingan Amerika. Korban terakhir adalah presiden Honduras yang dianggap memiliki ide liar bahwa pemerintah Honduras harus melayani rakyat Honduras.
Pemerintah Amerika dapat menyingkirkan presiden Honduras, karena militer Honduras dilatih dan dipasok oleh militer Amerika Serikat. Kasus yang sama terjadi di Pakistan, di mana pemerintah Amerika Serikat telah memerintahkan Pakistan untuk memerangi rakyatnya sendiri dengan menyerang daerah-daerah suku, sementara itu Amerika mempertimbangkan untuk bersikap bersahabat terhadap Taliban, al Qaeda, "militan" dan "teroris."
Earlier this year a deputy US Treasury secretary ordered Pakistan to raise taxes so that the Pakistani government could more effectively make war on its own citizens for the Americans. On October 14 US Secretary of State Hillary Clinton ordered Pakistan to again raise taxes or the US would withhold flood aid. Clinton pressured America’s European puppet states to do the same, expressing in the same breath that the US government was worried by British cuts in the military budget. God forbid that the hard-pressed British, still reeling from American financial fraud, don’t allocate enough money to fight America’s wars.
Awal tahun ini Wakil Menteri Keuangan Amerika Serikat memerintahkan kepada Pakistan untuk menaikkan pajak sehingga pemerintah Pakistan dapat lebih efektif melakukan perang terhadap warga negaranya sendiri untuk Amerika. Pada tanggal 14 Oktober 2010 Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton memerintahkan kepada Pakistan untuk kembali menaikkan pajak atau Amerika Serikat akan menahan bantuan banjir yang dijanjikannya. Clinton menekan negara-negara boneka Eropa-Amerika untuk melakukan hal yang sama, mengungkapkan dalam nada yang sama bahwa pemerintah Amerika Serikat khawatir oleh pemotongan anggaran militer Inggris. Tuhan melarang Inggris untuk ditekan dengan keras, karena masih belum pulih dari financial fraud Amerika, dan tidak cukup alokasi dana untuk berperang bersama Amerika.
Atas perintah Washington, pemerintah Pakistan melancarkan serangan militer terhadap warga Pakistan di Lembah Swat yang menewaskan sejumlah besar rakyat Pakistan dan mengeluarkan jutaan warga sipil dari rumah mereka. Juli lalu, Amerika Serikat menginstruksikan untuk mengirimkan pasukan Pakistan kepada warga Pakistan di Waziristan Utara. Pada tanggal 6 Juli Jason Ditz melaporkan dalam antiwar.com bahwa atas dasar "perintah Amerika, Pakistan telah melancarkan serangan terhadap [provinsi Pakistan] Lembah Swat, Bajaur, Waziristan Selatan, Orakzai, dan Khyber."
Seminggu kemudian Senator Israel Amerika Serikat Carl Levin (D, MI) menyerukan agar kebijakan Administrasi Obama meningkatkan Serangan udara Amerika Serikat terhadap wilayah kesukuan di Pakistan. Pada tanggal 30 September, surat kabar Pakistan, The Frontier Post, menulis bahwa serangan udara Amerika "adalah, jelas dan lugas, merupakan sebuah agresi telanjang terhadap Pakistan."
AS mengklaim bahwa pasukannya di Afghanistan memiliki hak untuk melintasi wilayah Pakistan dalam mengejar para "militan." Baru-baru ini Helikopter tempur Amerika Serikat menewaskan tiga tentara Pakistan yang mereka sangka Taliban. Pakistan menutup jalur suplai utama Amerika Serikat ke Afghanistan sampai Amerika meminta permohonan maaf.
Pakistan memperingatkan Washington terhadap serangan di masa depan. Namun, para pejabat militer Amerika Serikat, di bawah tekanan Obama menunjukkan kemajuan dalam perang di Afghanistan yang tak kunjung berakhir. Amerika Serikat menanggapi peringatan Pakistan tersebut dengan memperluas perang Afghanistan ke Pakistan. Pada tanggal 5 Oktober 2010 wartawan Kanada Eric Margolis menulis "Amerika Serikat sudah lebih dekat untuk menyerang Pakistan."
Dalam bukunya, Obama’s War, Woodward Bob melaporkan bahwa boneka presiden Amerika di Pakistan, Asif Ali Zardari, percaya bahwa serangan bom teroris di Pakistan di mana Taliban yang dipersalahkan sebenarnya operasi yang dirancang CIA untuk mengguncang Pakistan yang akan memberi jalan kepada Washington untuk merebut senjata nuklir Pakistan.
Untuk menjaga Pakistan agar sejalan, pemerintah Amerika Serikat memutar balikan keadaan bahwa "Times Square Bom" adalah pekerjaan “orang luar”. Jaksa Agung Eric Holder menyalahkan kepada "Taliban Pakistan," dan Menteri Luar Negeri Clinton mengancam Pakistan dengan "konsekuensi yang sangat serius" atas kegagalan “Times Square Bombing”, yang mungkin merupakan opderpal (operasi bendera palsu-false flag) yang ditujukan kepada Pakistan.
Untuk lebih meningkatkan ketegangan, pada tanggal 1 September 2010 delapan anggota delegasi militer tingkat tinggi Pakistan dalam perjalanannya ke sebuah pertemuan di Tampa, Florida dengan Pusat Komando Amerika Serikat, diperlakukan dengan kasar dan ditahan di Dulles Airport, Washington DC karena dicurigai sebagai teroris.
Selama beberapa dekade pemerintah Amerika Serikat telah mengizinkan Israel melakukan agresi militer secara berulangkali kepada Libanon dan sekarang tampaknya waktu yang sesuai untuk serangan Israel lainnya di Lebanon, negara bekas protektorat Amerika. Pada tanggal 14 Oktober 2010 pemerintah Amerika Serikat mengungkapkan "kemarahannya” karena pemerintah Lebanon telah mengizinkan kunjungan Presiden Iran Ahmadinejad, yang merupakan fokus dari upaya –upaya demonisasi yang giat dilakukan oleh Washington. Perwakilan Israel di Kongres Amerika Serikat mengancam akan menghentikan bantuan militer Amerika Serikat kepada Lebanon, namun Senator Howard Berman (D, CA), lupa bahwa bantuan ke Lebanon telah diblokir sejak Agustus lalu untuk menghukum Lebanon karena bentrok perbatasan dengan Israel.
Mungkin semua berita utama yang paling mengesankan adalah laporan tanggal 14 Oktober 2010, " “Somalia’s New American Primer Minister.” Seorang Amerika telah didudukan unutk menjabat sebagai Perdana Menteri Somalia, pemerintah boneka Amerika di Mogadishu yang didukung oleh ribuan pasukan Uganda yang dibayar oleh Washington.
Hal ini hampir tidak muncul ke permukaan untuk menggores kemurahan hati Washington terhadap negara-negara lain dan menghormati hak-hak mereka, perbatasan negara serta kehidupan warganya.
Sementara itu, untuk membungkam Wikileaks dan untuk mencegah terungkapnya lebih jauh kejahatan perang Amerika, "kebebasan dan demokrasi" pemerintah di Washington DC telah menutup jalur donasi Wikileaks dengan memasukkan Wikileaks kedalam "daftar pengawasan" dan dengan melalui pemerintahan boneka Australia, Wikileaks di blacklist.
Wikileaks sekarang mirip dengan sebuah organisasi teroris. Praktek pemerintah Amerika dalam membungkam kritik ini akan meluas di Internet.
Ingat, "mereka membenci" kita karena kita memiliki "kebebasan dan demokrasi", Hak-hak Amandemen Pertama, habeas corpus, menghormati hak-hak asasi manusia, dan keadilan yang menunjukkan kasih sayang terhadap sesama manusia.
Paul Craig Roberts is a frequent contributor to Global Research.
Sumber: http://www.globalresearch.ca/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar