Jumat, 25 Mei 2012

Invasi Gaza:"Operasi Cast Lead", Bagian Dari Sebuah Agenda Intelijen Militer Israel Yang Lebih Luas


Pemboman dari udara dan invasi yang masih terus berlangsung di wilayah Gaza yang dilakukan oleh angkatan darat Israel, harus dianalisa dalam kerangka sebuah konteks sejarah. "Operasi Cast Lead" adalah sebuah rencana yang dilakukan secara hati-hati, yang merupakan bagian dari salah satu agenda intelijen-militer yang lebih luas, pertamakali dirumuskan semasa pemerintahan Perdana Menteri Ariel Sharon pada tahun 2001:
"Sumber-sumber dari Departemen Pertahanan mengatakan bahwa lebih dari enam bulan yang lalu, Menteri Pertahanan Ehud Barak telah meninstruksikan kepada Angkatan Bersenjata Israel untuk bersiap-siap menghadapi operasi, meskipun pada waktu Israel baru saja memulai merundingkan sebuah perjanjian gencatan senjata dengan Hamas."(Barak Ravid, Operation "Cast Lead": Angkatan Udara Israel menyerang mengikuti rencana yang telah diputuskan enam bulan lalu, Haaretz, Desember 27, 2008)
Adalah Israel yang melanggar gencatan senjata pada tanggal 4 November 2008, pada hari yang bersamaan waktunya dengan pemilihan presiden Amerika Serikat.
"Israel dengan sengaja melanggar gencatan senjata terhadap Hamas yang dimanfaatkannya untuk melakukan pemboman Jalur Gaza. Namun Israel mengklaim bahwa pelanggaran yang dilakukannya ini adalah semata dalam rangka mencegah Hamas melakukan penggalian terowongan ke dalam wilayah Israel.
Hari berikutnya Israel menteror penduduk Palestina di wilayah Gaza dengan mengepung wilayah tersebut, memotong jalur suplai makanan, minyak, obat-obatan dan kebutuhan-kebutuhan lainnya dalam usahanya untuk “menundukkan” rakyat Palestina, sementara pada saat yang bersamaan Israel melakukan serbuan militer.
Sementara itu Hamas dan penduduk Gaza lainnya, dalam merespon serangan Israel tersebut, membalas dengan menembakkan sembarangan roket buatan sendiri yang sebagian besarnya tidak akurat sasaran ke wilayah Isarel. Selama masa tujuh tahunan, roket ini lah yang bertanggungjawab atas kematian 17 orang Israel. Namun dalam waktu yang sama, serangan Blitzkrieg Israel telah membunuh ribuan orang Palestina, hal ini mengundang protes di seluruh dunia, tetapi tidak mendapat perhatian dari PBB." (Shamus Cooke, Massacre in Palestine and the Threat of a Wider War, Global Research, Desember 2008)
Bencana Kemanusiaan Yang Direncanakan
Pada tanggal 8 Desember, Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Negroponte berada di Tel Aviv melakukan pembicaraan dengan counterpart-nya, termasuk Direktur Mossad, Meir Dagan.
"Operasi Cast Lead" dimulai dua hari setelah Hari Natal. Operasi tersebut merupakan perpaduan yang secara hati-hati dirancang melalui kampanye Humas internasional yang berada di bawah lindungan Kementrian Luar Negeri Israel.
Target militer Hamas bukanlah merupakan tujuan utamanya. "Operasi Cast Lead" adalah dimaksudkan, dan sungguh disengaja untuk memicu kasualitas sipil.
Apa yang kita hadapi sekarang adalah sebuah "bencana kemanusiaan yang direncanakan" di Jalur Gaza, sebuah wilayah perkotaan yang padat penduduknya. (Lihat peta di bawah)
Rencana jangka panjang dari tujuan ini adalah sebagaimana dirumuskan oleh para pembuat kebijaksanaan Israel, adalah pengusiran orang-orang Palestina dari wilayah Palestina:
"Lakukan teror terhadap penduduk sipil, yakinkan terjadi kerusakan maksimal atas sumber-sumber kepemilikan dan budaya mereka... Kehidupan sehari-hari rakyat Palestina harus dibuat sengsara: Mereka harus diamankan di dalam kota-kota dan desa-desa, cegah dari melakukan kegiatan ekonomi secara normal, putuskan dari tempat bekerja, sekolah dan rumah sakit, Hal ini akan mendorong dilakukannya emigrasi dan akan melemahkan perlawanan pengusiran di masa mendatang. " Ur Shlonsky, dikutip oleh Ghali Hassan, Gaza: World Largest Prison, Global Research , 2005)
Operasi Balas Dendam Yang Dibenarkan
Titik balik telah dicapai. Operasi "Cast Lead" yang merupakan bagian dari operasi intelijen-militer yang lebih luas dimulai terutama sekali semasa pemerintahan Ariel Sharon pada tahun 2001. Awalnya adalah pada waktu pemerintahan Sharon yang untuk pertamakalinya dalam "Operasi Balas Dendam Yang Dibenarkan- menggunakan pesawat tempur F-16 untuk membom kota-kota Palestina.
"Operasi Justified Vengeance" disampaikan pada bulan Juli 2001 kepada pemerintahan Israel di bawah Ariel Sharon oleh Kepala Staf Gabungan IDF, Shaul Mofaz, dengan judul"Penghancuran Otoritas Palestina dan Melucuti Semua Angkatan Bersenjatanya."
"Sebuah rencana darurat dengan nama kode Operation Justified Vengeance, disiapkan dalam akhir bulan Juni 2001, rencana untuk menduduki semua wilayah Tepi Barat dan kemungkinan Jalur Gaza dengan mengorbankan sedikit korban dari Israel, kira "Seratusan" orang. (Washington Times, 19 Maret 2002).
Menurut Jane's 'Foreign Report' (Juli 12, 2001) pasukan angkatan darat Israel di bawah Sharon telah membaharui rencananya untuk sebuah serangan "habis-habisan untuk memukul otoritas Palestina, mengusir keluar pemimpinnya Yasser Arafat dan membunuh atau menawan pasukannya".
"Penumpahkan Darah Yang Dibenarkan"
"Bloodshed Justification" adalah sebuah komponen penting dari agenda intelijen-militer. Pembunuhan warganegara Palestina adalah dibenarkan atas "alasan-alasan kemanusiaan." Operasi militer Israel secara hati-hati waktunya disesuaikan secara bersamaan dengan serangan bunuh diri:
Serangan akan dilakukan atas dasar pertimbangan pemerintah, setelah sebuah serangan bunuh diri besar yang terjadi di Israel, yang menyebabkan banyak kematian dan luka-luka, pertumpahan darah akan dijadikan sebagai alasan pembenar. (Tanya Reinhart, Evil Unleashed, Israel's move to destroy the Palestinian Authority is a calculated plan, long in the making, Global Research, December 2001, emphasis added)
Rencana Dagan - The Dagan Plan
"Operasi Justified Vengeance" juga disebut "Dagan Plan", diambil dari nama pensiunan Jenderal Meir Dagan, yang saat ini memimpin Mossad, Agen Intelijen Israel.
Meir Dagan adalah penasehat keamanan nasional Sharon selama masa kampanye pemilihan tahun 2000. Rencana tersebut rupanya sudah disiapkan sebelum Sharon terpilih sebagai Perdana Menteri pada bulan Pebruari 2001. "Menurut Alex Fishman yang menulis di Yediot Aharonot, Dagan Plan termasuk didalamnya menghancurkan otoritas Palestina dan mengakhiri Yasser Arafat 'dikeluarkan dari permainan': (Ellis Shulman, "Operation Justified Vengeance": a Secret Plan to Destroy the Palestinian Authority, March 2001):
"Sebagaimana dilaporkan oleh the Foreign Report [Jane] dan disingkapkan di Israel oleh Maariv, Rencana invasi Israel — yang dinamai Justified Vengeance — akan dilaksanakan segera setelah terjadi korban besar karena bom bunuh diri, dan akan berlangsung selama satu bulan serta hasilnya diharapkan akan membunuh ribuan orang Palestina dan korban dari pihak Israel diharapkan hanya ratusan orang saja. (Ibid, emphasis added)
"Rencana Plan" menggambarkan apa yang disebut dengan "cantonization-kantonisasi" wilayah Palestina dimana wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza hubungannya akan diputuskan sepenuhnya dengan memisahkan dari "pemerintahan" di kedua wilayah tersebut. Di bawah skenario ini, yang pada tahun 2001 telah dipertimbangkan Israel akan melakukan tindakan:
"merundingkan secara terpisah dengan kekuatan-kekuatan Palestina yang dominan di masing-masing wilayah - pasukan Palestina bertanggungjawab atas keamanan, intelijen dan bahkan untuk Tanzim (Fatah)." Jadi Rencana tersebut serupa dengan "cantonization" dari wilayah Palestina, rencana ini diupayakan oleh sejumlah menteri." The infamous 'Dagan Plan' Sharon's plan for getting rid of Arafat, Le Monde, December 17, 2001)
From Left to Right: Dagan, Sharon, Halevy
Rencana Dagan dengan mantap dilanjutkan di dalam agenda intelijen-militer. Segera sesudah pemilihan tahun 2000, Meir Dagan ditugaskan menempati jabatan yang memegang peran kunci. "Dia menjadi orang kepercayaan Sharon dalam masalah-masalah keamanan yang dibicarakan dengan utusan khusus Presiden Bush, Zinni Mitchell." Dia kemudian ditunjuk sebagai Direktur Mossad oleh Perdana Menteri Ariel Sharon pada bulan Agustus 2002. Setelah periode Sharon, dia tetap menjabat sebagai Kepala Mossad. Kemudian Perdana Menteri Ehud Olmert pada bulan Juni 2008 mempertahankan posisi Meir Dagan sebagai Direktur Intelijen Israel.
Meir Dagan, dengan melakukan koordinasi dengan counterpart-nya dari Amerika Serikat bertanggung-jawab atas berbagai operasi intelijen-militer. Adalah berharga untuk dicatat bahwa sewaktu masih muda dengan pangkat Kolonel, Meir Dagan sudah bekerja secara dekat dengan Menteri Pertahanan Ariel Sharon dalam serangan terhadap pemukiman Palestina di Beirut pada tahun 1982. Invasi darat tahun 2009 ke wilayah Gaza, dalam banyak hal membawa satu kemiripan dengan operasi militer licik yang dipimpin oleh Sharon dan Dagan pada tahun 1982
Kontinuitas: Dari Sharon ke Olmert
Olmert and Sharon
Adalah penting untuk memusatkan perhatian kepada sejumlah kejadian-kejadian kunci yang telah mengarahkan melakukan pembunuhan di Gaza di bawah "Operasi Cast Lead":
1. Pembunuhan Yaser Arafat pada bulan November 2004. Pembunuhan ini sudah direncanakan sejak tahun 1996 di bawah nama "Operasi Fields Thorns". Sesuai dengan sebuah dokumen bulan Oktober 2000 yang "disiapkan oleh pihak keamanan, atas permohoan Perdana Menteri Ehud Barak, menyatakan bahwa 'Arafat, orang yang sangat mengancaman keamanan negara Israel, kerusakan yang akan ditimbulkan dari dihilangkannya dia adalah lebih sedikit dibanding kerusakan yang disebabkan oleh keberadaannya'". (Tanya Reinhart, Evil Unleashed, Israel's move to destroy the Palestinian Authority is a calculated plan, long in the making Global Research, December 2001. Details of the document were published in Ma'ariv, July 6, 2001.).
Pembunuhan Arafat diperintahkan pada tahun 2003 oleh Kabinet Israel. Keputusan Kabinet Israel itu disetujui oleh Amerika Serikat dengan memveto Resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengutuk keputusan Kabinet Israel pada tahun 2003. Bereaksi terhadap meningkatknya serangan Palestina, pada bulan Agustus 2003, Menteri Pertahanan Israel, Shaul Mofaz mengumumkan "perang habis-habisan" terhadap kelompok militant yang sudah "siap mati."
"Dalam pertengahan bulan September, Pemerintah Israel memperkenankan secara hukum untuk membuang Arafat. Kabinet Israel untuk urusan keamanan politik mengumumkannya "sebuah keputusan untuk menghilangkan Arafat sebagai rintangan perdamaian." Mofaz mengancam; "kita akan memilih cara yang benar dan waktu yang tepat untuk membunuh Arafat." Menteri Palestina, Saeb Erekat mengatakan kepada CNN bahwa dia berpikir, Arafat adalah target berikutnya. CNN bertanya kepada juru bicara Sharon, Ra'anan Gissan apakah pemungutan suara itu maksudnya adalah pengusiran Arafat?. Gissan menjelaskan; "Itu tidak berarti demikian. Kabinet hari ini telah memecahkan masalah untuk menghilangkan rintangan perdamaian. Baik waktu, metoda, caranya dengan mana hal ini akan dilakukan akan diputuskan secara terpisah, dan pihak keamanan akan memonitor situasi serta memperlakukan rekomendasi itu dengan tindakan yang sesuai." (See Trish Shuh, Road Map for a Decease Plan, www.mehrnews.com November 9 2005
Pembunuhan Arafat adalah merupakan bagian dari Rencana Dagan tahun 2001. Dalam semua kemungkinan yang ada, pelaksanakannya hanya mungkin dilakukan oleh Intelijen Israel. Dan hal itu dimaksudkan untuk menghancurkan Otoritas Palestina, juga untuk menimbulkan perpecahan di dalam faksi Fatah, demikian pula di antara faksi Fatah dan Hamas. Mahmoud Abbas adalah seorang pengkhianat Palestina. Dia dipasang sebagai pemimpin Fatah, dengan persetujuan dari Israel dan Amerika Sserikat, yang membiayai paramiliter Otoritas Palestina dan pasukan keamanannya.
2. Di bawah perintah Perdana Menteri Ariel Sharon pada tahun 2005, semua pemukiman Yahudi di Jalur Gaza dipindahkan. Penduduk Yahudi yang berjumlah lebih dari 7,000 direlokasikan.
"Ini adalah niat saya [Sharon] untuk melaksanakan sebuah evakuasi – maaf, sebuah relokasi - pemukiman yang menyebabkan kita bermasalah dan tempat-tempat yang kita tidak akan menjaganya bagaimanapun juga dalam penyelesaian akhir, seperti penyelesaian Gaza.... Saya mengerjakannya atas dasar asumsi bahwa di masa datang tidak akan ada Yahudi lagi di Jalur Gaza," demikian kata Sharon." (CBC, March 2004)
Masalah pemukiman di Jalur Gaza disajikan sebagai bagian dari Washington '"road map to peace". Dirayakan oleh orang-orang Palestina sebagai sebuah "kemenangan", langkah ini tidak diarahkan kepada pemukim Yahudi. Namun sebaliknya: Hal itu adalah merupakan bagian dari keseluruhan operasi rahasia, yang terkandung dalam mentransformasikan Gaza ke dalam sebuah concentration camp - kemah konsentrasi. Selama pemukim Yahudi tinggal di Jalur Gaza, tujuan untuk mempertahankan sebuah barikade besar berupa penjara teritorial tidak akan dapat dicapai. Untuk melaksanakan "Operasi Cast Lead" diperlukan "tidak adanya Yahudi yang masih tinggal di Jalur Gaza".
3. Pembangunan Benteng Apartheid yang buruk itu telah diputuskan pada awal pemerintahan Sharon. (Lihat Map di bawah).
4. Tahap berikutnya adalah pemilihan kemenangan Hamas pada bulan Januari 2006. Tanpa Arafat, arsitek intelijen-militer Israel tahu bahwa Fatah di bawah Mahmoud Abbas akan kalah dalam pemilihan. Hal ini adalah merupakan bagian dari skenario, yang sudah dipertimbangkan dan dianalisa dengan baik sejak awal.
Dengan Hamas yang bertanggung-jawab terhadap otoritas Palestina, dan dengan menggunakan alasan palsu bahwa Hamas adalah sebuah organisasi teroris, Israel akan melaksanakan proses "cantonization" sebagaimana telah dirumuskan di bawah rencana Dagan. Fatah di bawah Mahmoud Abbas akan secara formal tetap bertanggung-jawab atas wilayah Tepi Barat. Pemerintahan Hamas yang terpilih akan terbatas pada Jalur Gaza.
Serangan Darat
Pada tanggal 3 Januari, tank-tank dan pasukan infantri memasuki Gaza dengan segala jenis kekuatan penyerang.
"Sebelum operasi serangan darat dimulai, serangan didahului dengan beberapa jam tembakan artileri berat dilakukan setelah hari gelap, menyalakan api di atas target yang terbakar yang menembus kegelapan langit malam. Mesin senjata yang memuntahkan peluru bercahaya menyala melalui kegelapan malam dan rentetan ratusan selongsong peluru meluncur mengeluarkan api. (AP, Januari 3, 2009)
Sumber Israel telah menunjuk akan berlangsungnya operasi militer yang lama. Operasi itu "tidak akan mudah dan itu tidak akan singkat," Demikian kata Menteri Pertahanan Isarel, Ehud Barak dalam sabuah pidato TV.
Israel bukan mencari-cari untuk mengharuskan Hamas " supaya bekerjasama". Apa yang kita lakukan adalah dalam rangka mengimplementasikan "Dagan Plan tahun 2001" sebagaimana yang telah dirumuskan sejak awal, yaitu menuntut:
"sebuah invasi ke wilayah yang dikontrol-Palestina oleh sejumlah 30,000 prajurit Israeli,dengan misi yang tergambar dengan jelas yaitu untuk menghancurkan infrastruktur kepemimpinan Palestina dan menyita persenjataan yang sekarang ini dimiliki oleh berbagai kekuatan-kekuatan Palestina, dan mengusir atau membunuh pimpinan militernya. (Ellis Shulman, op cit, emphasis added)
Masalah yang lebih jauh lagi, apakah Israel dalam konsultasinya dengan Washington adalah bertujuan untuk memicu sebuah peperangan yang lebih luas.
Pengusiran massal dapat terjadi pada beberapa kejadian di lapangan ketika invasi darat, sementara prajurit Israel membuka lebar-lebar perbatasan Gaza untuk mengizinkan banyak orang keluar dari Gaza. Pengusiran juga disebut oleh Ariel Sharon sebagimana terjadi pada sebuah "solusi gaya tahun 1948". Untuk Sharon, katanya, "hal itu hanya perlu bagi orang Palestina untuk menemukan negara lain. - 'Jordan adalah Palestina' - adalah ungkapan yang diusulkan Sharon." (Tanya Reinhart, op cit)

judul asli: 

[The Invasion of Gaza: "Operation Cast Lead", Part of a Broader Israeli Military-Intelligence Agenda]

Oleh: Michel Chossudovsky
January 4, 2009


Tidak ada komentar:

Posting Komentar