Pengadilan Turki siap mengadili empat komandan senior militer Israel atas dugaan keterlibatan pembunuhan sembilan aktivis Turki di Kapal Mavi Marmara, Senin (28/5).
Keempat tentara tersebut adalah mantan kepala staf militer Israel, Gabi Ashkenazi, mantan wakil kepala angkatan laut Israel, Admiral Elieze Marom, mantan kepala intelijen militer Israel, Mayor Jenderal Amos Yadlin, dan mantan kepala angkatan udara Israel, Brigadir Jenderal Avishai Lev.
Dakwaan telah disiapkan jaksa Istanbul, Mehmet Akif Ekinci dan telah diajukan ke pengadilan pekan lalu. Disetujuinya dakwaan tersebut menandai awal dari tuntutan secara 'in absentia' kepada keempat terdakwa.
Peristiwa diserangnya Mavi Marmara, terjadi pada Mei 2010 saat salah satu kapal rombongan Freedom Flotilla yang mengangkut aktivis internasional untuk menyampaikan bantuan kemanusiaan untuk rakyat Gaza. Namun, militer Israel mencoba mencegah rombongan itu masuk ke Gaza dengan menyerang Mavi Marmara saat rombongan kapal masih berada di wilayah perairan internasional.
Serangan pasukan elit Israel itu menyebabkan sembilan aktivis Turki tewas yang membuat Pemerintah Turki berang. Hubungan Turki dan Israel pun menegang dan puncaknya Turki mengusir Dubes Israel untuk Turki. Turki meminta Israel menyampaikan permohonan maaf secara terbuka, tapi Israel menolak dan hanya menyatakan penyesalan atas insiden Mavi Marmara.
Laporan PBB pada September lalu dimaksudkan untuk mendorong pemulihan hubungan kedua negara, justru memperdalam keretakan, setelah PBB menyatakan blokade terhadap Gaza adalah sesuai hukum. Sementara itu, surat dakwaan berisi tuduhan terhadap Gabi Ashkenazi dan tiga pensiunan komandan militer dengan 8 ribu hingga 18 ribu hukuman seumur hidup untuk setiap orang. Surat dakwaan setebal 144 halaman itu memberikan hukuman sembilan kali seumur hidup.
Sementara tanggal untuk persidangan belum diumumkan, tetapi akan diadakan dengan tidak adanya terdakwa. Israel mengesampingkan penuntutan dari mereka yang mengambil bagian dalam serangan itu.
Israel menanggapi dakwaan dengan mengharapkan adanya tekanan diplomatik internasional kepada Turki untuk menghentikan dakwaan tersebut. "Saya membayangkan tekanan diplomatik harus diberikan untuk menarik tindakan ini," kata Wakil Menteri Luar Negeri Danny Ayalon kepada televisi pemerintah, Channel One TV.
Menurut Ayalon, apa yang Turki lakukan dapat berimplikasi luas bagi NATO dan pasukan AS di Afganistan, Irak dan tempat lainnya. Seorang pejabat kementerian luar negeri Israel yang enggan disebutkan namanya menyatakan, dakwaan akan memengaruhi hubungan kedua negara. "Erdogan secara sistematis membunuh hubungan kedua negara," kata pejabat tersebut.
Sementara dikutip dari media lokal Israel, komandan Ashkenazi yakin akan menang. Ia menambahkan, Turki dan Israel memiliki kepentingan bersama menjaga stabilitas di Timur Tengah. Ashkenazi akan pasang badan membela prajurit Pasukan Pertahanan Israel.
Menurut analis, tidak mungkin anggota militer Israel dibawa ke sistem peradilan Turki jika Israel tak menganggap mereka sebagai penjahat. Jika mereka dihukum tanpa kehadiran di pengadilan, hal ini akan memakan waktu selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Pengadilan Turki memang bisa mengeluarkan perintah penangkapan, tetapi langkah tersebut menjadi simbolis dan tidak mengikat.
Menurut analis, tidak mungkin anggota militer Israel dibawa ke sistem peradilan Turki jika Israel tak menganggap mereka sebagai penjahat. Jika mereka dihukum tanpa kehadiran di pengadilan, hal ini akan memakan waktu selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Pengadilan Turki memang bisa mengeluarkan perintah penangkapan, tetapi langkah tersebut menjadi simbolis dan tidak mengikat.
Sebelumnya, Israel menawarkan uang sebesar enam juta dolar AS untuk keluarga korban peristiwa Mavi Marmara agar mereka tidak mengajukan tuntutan terhadap militer Israel. Namun, pihak Israel tidak mengeluarkan komentar atas penawaran tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar