Selasa, 22 Mei 2012

Lady Gaga Ikon Yahudi


Kebesaran nama Lady Gaga telah dibuktikan di Indonesia baru-baru ini. Jika biasanya polisi diam-diam saja perihal pemberian ijin konser artis luar negeri, tiba-tiba saja seorang Kapolda harus repot-repot memberi pernyataan langsung tentang tidak diijinkannya konser Lady Gaga di Indonesia. Dan seolah tidak mau kalah, bahkan kemudian Kapolri pun turut memberikan pernyataan mengenai rencana konser tersebut. Yang mengherankan adalah, mengapa seorang Kapolri “mementahkan” pernyataan bawahannya sendiri, Kapolda Jaya? Kita bahkan tidak akan kaget jika nanti Menkopolkam (saya terlambat, tidak lama sebelum tulisan ini selesai Menkopolkam keburu membuat pernyataan tentang konser Lady Gaga) atau bahkan Presiden SBY turut memberikan komentarnya tentang konser Ladi Gaga di Indonesia yang menuai kontroversi.


Dalam tulisan ini saya tidak ingin menulis tentang satanisme (pemujaan setan) Lady Gaga, hal yang sudah sangat gamblang segamblang matahari di siang hari. Saya hanya ingin menulis sedikit tentang ke-yahudian Lady Gaga, hal yang justru terabaikan dalam pemberitaan di media massa Indonesia sebagaimana terabaikan dalam perhatian masyarakat Indonesia.

Bagi orang yang biasa mengamati yahudisme dan pengaruhnya, mereka tahu ada kekuatan yahudi internasional di balik fenoma karier music Lady Gaga yang luar biasa. Dan jangan lupa, yahudi pulalah yang menjadi induk semua ajaran satanisme, ajaran-ajaran seks menyimpang, revolusi dan anarkisme, ekonomi ribawi dan segala hal negatif lainnya (meski tidak semua orang yahudi adalah jahat).

Namun tidak perlu repot-repot untuk mengetahui keyahudian Lady Gaga. Lihat saja wajahnya sebelum  operasi sebagaimana gambar di atas. Sangat khas yahudi dengan hidungnya yang besar dan bengkok. Apalagi jika melihat sepak terjangnya. 
Tentu saja Lady Gaga adalah pendukung Israel. Dari sekian banyak penyanyi terkenal di dunia hanya sedikit yang bisa mendapat “kehormatan” untuk bisa konser di Israel, salah satunya adalah Lady Gaga yang mengadakan konser di sana bulan Agustus 2009. Selama berada di Israel ia berubah 180% menjadi wanita “sholeh” yang berbicara dan bertingkah sopan. Selama berada di Israel ia selalu mengenakan pakaian atau aksesoris bersimbol negara Israel bintang Daud. Ia menyebut turnya ke Israel sebagai “perjalanan spiritual dan emosional”. Tak lupa ia menyempatkan diri mengunjungi Jerussalem dan berenang di Laut Mati, tempat-tempat yang disebutnya sebagai “suci dan mulia”.


PENDUKUNG SEKS MENYIMPANG
LGBT (lesbian, gay, beastianity atau seks dengan binatang dan transgender atau bencong), dari istilah-istilahnya saja orang yang sehat jiwanya akan jijik mendengarnya. Namun tentu saja tidak bagi Lady Gaga dan para pemimpin Amerika yang melegalkan seks-seks menyimpang itu. Sebagai wanita yahudi yang “progressif” dan “modern”, tentu saja Lady Gaga bukan hanya menjadi pelaku seks menyimpang, namun juga aktifis yang memperjuangkan keinginan-keinginan mereka. Bahkan bagi para pelaku seks menyimpang Lady Gaga dianggap sebagai ikon. Sebaliknya Gaga mengaku juga telah mendapatkan dukungan yang menguntungkan dari komunitas seks menyimpang yang menjadi pemujanya.

Pada awal kariernya ia mangaku kesulitan untuk bisa menembus stasiun-stasiun radio. “Kondisi berubah karena adanya komunitas orang-orang gay. Saya memiliki banyak penggemar dari kalangan gay dan mereka sangat loyal kepada saya hingga mampu mengangkat karier saya. Mereka selalu berada di samping saya dan saya pun akan selalu berada di samping mereka.”

Ia berterima kasih kepada “FlyLife” perusahaan marketing di New York yang mempromosikan gerakan LGBT. Pada album The Fame  ia mengekspresikan terima kasihnya, “I love you so much. You were the first heartbeat in this project, and your support and brilliance means the world to me. I will always fight for the gay community hand in hand with this incredible team."

Salah satu penampilannya di televisi adalah pada bulan Mei 2008 di “NewNowNext Awards”, sebuah acara penghargaan yang diselenggarakan jaringan televisi LGBT “Logo”. Sebulan kemudian ia menyanyi di hadapan peserta pawai tahunan kaum gay, “San Francisco Pride”. Sekedar catatan pawai ini sangat menjijikkan sehingga menjadikan tingkah laku orang-orang yahudi di Sodom dan Gomoroh di jaman Musa dahulu sebagai “sangat ketinggalan jaman”. 

Setelah peluncuran album The Fame ia mengaku bahwa lagu "Poker Face" adalah tentang orientasi seksnya yang AC/DC. Saat tampil di acara televise kaum LGBT “The Ellen DeGeneres Show” pada bulan Mei 2009, ia memuji-muji DeGeneres sebagai “inspirasi bagi para gay dan lesbian. Pada tgl 11 Oktober 2009 berpidato di depan peserta “National Equality March”, momen yang dianggapnya sebagai momen terpenting dalam kariernya. Saat mengakiri pidatonya ia berkata, “Terpujilah Tuhan dan terpujilah kaum gay!” Perkataan yang sama diulanginya dalam acara pemberian penghargaan MTV Video Music Awardstahun 2009.

Kemudian dalam acara makan malam Human Rights Campaign Dinner, ia menyanyikan lagu Imagine yang telah diubah lyriknya demi menghargai Matthew Shepard, pelajar yang tewas dibunuh karena orientasi seks menyimpangnya.

Tulisan ini akan terlalu panjang jika mencantumkan semua tindakan Lady Gaga mempromosikan “aspirasi” para penderita penyakit seks menyimpang, termasuk kampanye tanpa hentinya agar kaum gay dan lesbian tidak mendapat perbedaan dalam angkatan perang Amerika. Namun ada 1 moment penting yang menunjukkan Gaga sebagai pemuja setan dari ribuan moment perihal keterkaitannya dengan aliran pemuja setan, yaitu saat ia mengenakan pakaian dan perhiasan yang sebagian bahannya adalah daging binatang. Namun karena ia telah diangkat sebagai diva oleh penguasa belakang layar, tindakan controversial tersebut malah mendapat berbagai pujian dan penghargaan. Situs majalah fashion terkenal Vogue.com Inggris bahkan memberinya gelar “Best Dressed People of 2010” sedang majalah Time memberi penghargaan sebagai “Fashion Statement of 2010”.


UJIAN BAGI BANGSA INDONESIA
Rencana kedatangan Lady Gaga di Indonesia merupakan ujian serius bagi bangsa Indonesia, dan terlebih lagi bagi presiden SBY. Apakah Indonesia siap menjadi “negara liberal” yang membiarkan berbagai penyimpangan dan penyakit sosial merajalela sebagaimana terjadi di sebagian besar dunia saat ini? Apakah Presiden SBY tergoda untuk mengijinkan konser Lady Gaga demi mendapat penghargaan Nobel Perdamaian? Saya hanya bisa menunggu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar