Rabu, 18 Juli 2012

Terkuaknya Pembodohan Publik Dalam Tragedi Bom Bali


Kami menulis ini bukan bermaksud untuk, mengumbar bualan “teori konspirasi, apalagi memancing SARA. Kami mencoba bersikap NETRAL disini dan kami menulis ini hanya untuk menyajikan suatu analisa yang saya sadur dari berbagai laporan jurnalis yang kompeten. Tapi apapun yang terjadi, yang berlalu biarlah berlalu, mungkin hukuman mati sudah menjadi suratan nasib bagi Amrozy dkk. Kalo ada yang salah dalam tulisan ini, team sangkakala mohon maaf sebelumnya

Kurang lebih pukul 11.30 malam, hari Sabtu 12 Oktober 2002, saat seseorang entah dimana, menekan sebuah tombol yang lalu mengirim sinyal radio ke antena bawah tanah yang terdapat didalam pipa saluran air hujan dekat Sari Club, Bali. Dan sepersekian juta detik kemudian, bola api mengerikan terbentuk di jalan.

Bola api itu berbentuk lingkaran yang berkilauan, dipastikan terbuat dari 99.78% Plutonium 239 yang hanya diproduksi oleh fasilitas nuklir Dimona di gurun Negev, Israel Selatan (Joe Vialls)

Beberapa detik berlalu dan bola api mengerikan ini menguapkan semua orang yang berdiri dalam jarak 30 kaki dan menggerus sekurangnya 2 ton serpihan aspal mematikan di sepanjang jalanan Kuta Bali. Tiap orang yang berdiri di jalur ledakan menderita luka bakar serius akibat emisi panas.
Tidak lama kemudian, bola api ini mengirim energi gelombang panas yang luar biasa dan segera menghanguskan sekurangnya 27 bangunan di area yang berdekatan, membakar area parkir yang berjarak 2 blok dari titik ledakan, dan kelak diketahui tidak ada alat Geiger manapun yang mendeteksi adanya radiasi.

Kebiadaban ini seolah-olah terlihat sebagai “hukuman” terhadap warga Australia dan warga Yahudi-Nasrani yang bertentangan dengan Islam. Diantara korban, orang Australia paling banyak, yang sebenarnya bersikap arif dalam menentang PM mereka, budak-nya George W. Bush dan Ariel Sharon dalam kebijakan kejinya terhadap Timur Tengah.

Politisi dan ahli akademis cepat-2 berebut berbicara depan kamera televisi dengan penjelasan yang kurang bisa dipahami; bagaimana dan mengapa pengeboman terjadi di tempat pertama, dan mengapa lusinan korban dengan badan masih utuh jadi “lenyap” tanpa jejak.

Teka Teki Kawah Besar Pasca Ledakan
Masalah besar berikutya bagi politisi dan ahli adalah kawah besar di jalanan di luar Sari Club, kawah dengan kedalaman 5 kaki dan diameter 22 kaki. Kawah itu memberi bukti bahwa senjata diledakkan dari bawah tanah.

Jawaban yang paling masuk akal dari bahan peledak yang dapat menciptakan kawah adalah :
1. jika bahan peledak dijatuhkan dari pesawat dan melakukan penetrasi ke dalam tanah, atau
2. bila bom itu secara fisik diletakkan di bawah tanah.

Para politisi dan ahli sendiri nampaknya punya masalah dengan pemikiran mereka tentang kawah. Media massa juga ikut membantu dengan tidak menayangkannya di televisi atau koran-2, dan “pencucian otak publik" segera membuat orang melupakan kawah tersebut.

Kurang dari 24 jam setelah ledakan, media massa mengklaim bahwa penyidik di TKP telah menemukan jejak C4.

Ini adalah kebohongan, meski demikian berita tersebut cukup “menghancurkan”, sebab tiap orang yang punya televisi dan film-film Sylvester Stallone atau Bruce Willis menyadari betapa dahsyatnya C4 itu. Stallone mengahantam musuh-2 nya di depan mata pakai itu, dan Willis menggunakannya untuk menghancurkan pembajak pesawat. Dalam tiap tontonan tv ledakan diiringi dengan bola api raksasa yang dibuat untuk menggambarkan bahwa “neraka depan mata”, memberi kesan C4 adalah bom paling kuat di muka bumi.

Composition (C) 4 adalah komponen stabil & lemah dari 91% RDX dan 9% non-explosive Polyisobutylene plasticiser. Sebenarnya C4 hanya 1.2 kali lebih kuat dari TNT. Bom plastik ini punya reputasi terutama karena penggunaannya yang fleksibel. Anda dapat meletakkannya sesuka anda, dan melekatkannya dimanapun kalian mau walau dalam air sekalipun.

Pandangan media Australia tentang C4 sungguh dangkal, bola api raksasa yang selalu mengiringi ledakannya adalah tidak benar karena bola api raksasa itu adalah efek pyroteknik khusus yang didesain untuk memuaskan penonton.

Ini disebabkan karena media dgn tangkas menaruh headline berita bersama dengan ulasan “ahli” untuk mencari tahu bahan peledak yang benar-benar dapat dipercaya publik, yaitu MICRO NUKLIR

Kurang dari 24 jam kemudian media mengubahnya jadi cerita “fiksi”; “sebuah minivan penuh dengan tabung gas”, dengan judul LEDAKAN diatasnya. Jelas itu ditujukan untuk menggiring opini publik akan senjata bernama FAE (Fuel Air Explosive) biasa dijuluki Poor Man Atomb Bomb, yang sukses dijatuhkan pesawat2 Amerika di Irak dan Vietnam.

Media mengakui bahwa FAE bisa meledak sekurangnya 100 kaki di atas target dan menciptakan awan bermuatan ethylene oxide gas yang bersifat membakar. Mereka juga memahami walau air-launched FAE tidak membuat kawah (karena tidak menekan tanah), daya hisap dimiliki senjata itu saat mengambil oksigen untuk membakar, dan itu sudah cukup untuk mencabut paru-2 orang keluar dari mulutnya. Tapi tidak ada hal menakutkan seperti ini yang terjadi di Bali.

Persepsi mayoritas orang tentang senjata nuklir adalah apa yang terjadi beberapa dekade lalu saat Amerika menjatuhkan bom atom di Hiroshima, Jepang. Sebuah bom atom dengan inti Uranium 235, dinamai Little Boy, meledak dgn kekuatan setara 15.000 ton TNT.

Little Boy adalah satu dari bom atom fisi “terkotor” yang pernah diledakkan di bumi. Massa utama-nya (U-235) hanya mengalami reaksi fisi murni kurang dari 1%. Jadi apa yang tersisa setelah ledakan adalah badai salju radiasi neutron, alpha, beta dan gamma yang mematikan. Radiasi gamma mengakibatkan berbagai luka serius pada korban-Hiroshima, mencakup nekrosis dan ulserasi. Radiasi gamma terdeteksi dengan Geiger counter dan memberi peringatan akan zona berbahaya. Jadi, setiap dalam beberapa mil di Hiroshima berbunyi keras selama beberapa minggu yang terjadi terutama karena radiasi gamma.
Geiger counter 

Harap diingat jika micro nuklir adalah senjata ‘kecil’ tapi punya massa inti dengan partikel jumlah terbatas yang bisa menyebar dalam area luas. Anda mungkin berada dalam jarak 5 kaki untuk mendeteksi partikel tunggal, tapi pasti sudah banyak yang menghilang. Bali sering mengalami hujan deras dan Sari Club berlokasi sekitar 200 meter dari Pantai Kuta, dimana saluran air hujan di jalanan utama Kuta dialirkan ke laut. 1 minggu setelah ledakan, deteksi mungkin sudah terlambat.
Polisi Indonesia memakai masker dan sarung tangan, bandingkan dengan penyidik Australia dan Inggris yang berdiri dan menghirup zat kontaminan di TKP

Setelah serangan teroris di Bali, “road show” kaum non-Muslim dipastikan mencapai puncak, dgn koran-koran Amerika yg melaporkan peristiwa itu secara besar-besaran. Pemerintah menuduh Baasyir terkait al-Qaida dan mengatakan jika kaki tangannya, dikenal dengan nama Hambali, adalah orang yang berada dibalik pemboman-2 di tanah air. 2 org itu juga dituduh sbg pimpinan jemaah Islamiyah, yang dipercaya sbg aliansi utama Al-Qaeda di Asia Tenggara.

Pernyataan Ba'ashir mementahkan dugaan mereka karena tidak ada anggota ‘Al Qaeda” fiktif yang bisa menerobos ketatnya keamanan fasilitas nuklir Dimona di Israel untuk mencuri sebuah senjata nuklir (Joe Vialls)

Usaha pemerintah Australia untuk menimpakan kesalahan bom Bali pada “Teroris Muslim” mengundang bahan tertawaan. Pemerintah Australia mengklaim bahwa ledakan heboh yang menguapkan lusinan korban di pantai Kuta disebabkan oleh bom yang “dibuat dari 50-150 kg klorat”, yang dicuri dari sebuah gudang di pulau Jawa selama bln September.

Mengklaim bahwa bom bali dibuat dari potassium klorat adalah ketololan besar, dan jelas memperlihatkan tekanan Amerika dan Israel pada Australia agar secara resmi mengatakan “Orang muslim pelakunya”.

Ya, kalian bisa bikin senjata pake 90% potasium klorat dan 10% paraffin, tapi sungguh lambat dan bakalan low-explossive. Membuat senjata yang tidak meledak prematur, dgn 400 pon potasium klorat dan parafin dicampur Power gel akan membuat kacau balau suasana jalanan Pantai Kuta, namun tidak mampu berbuat banyak. Suspensi potasium klorat dan parafin memiliki kecepatan detonasi 3500 kaki perdetik ( feet persecond/fps), bandingkan dengan Amonium Nitrat & Diesel 12.000 fps serta 22.800 fps untuk RDX.

Dengan istilah lain, jarak berapapun dari titik ledakan, komponen peledak yang berbeda itu akan melakukan tekanan ke atas beberapa pon/incipersegi pada target. Derajat kerusakan pada target selalu sebanding dengan overpressure tekanan ke atas.

Bukti mutlak bahwa dongeng Australia itu bohong dapat dilihat pada foto-2 struktur beton bertulang yang terletak diatas 50 kaki dari permukaan tanah. Setiap fragmen beton tercerai berai karena overpressure, dan hanya meninggalkan potongan2 pipa beton.

Hal spesifik ini dijelaskan dengan gamblang oleh pensiunan Jenderal Benton K. Partin yang bertanggung jawab mutlak terhadap seluruh penelitian, pengembangan, ujicoba, pembaharuan dan manajemen sistem persenjataan di Angkatan Udara AS ( USAF); “Gelombang tekanan bom (1 juta-1.5 juta pond/inci persegi) dengan kecepatan ledak tinggi disertai gelombang kompresi mengakibatkan deformasi struktur beton. Karena tekanan gelombang melampaui ambang ketahanan beton (sekitar 3.500 pon/inci persegi), maka struktur beton berubah jadi serpihan pasir dan debu hingga gelombang ledakan lenyap atau berada dibawah ambang kekuatan beton.”
micro nuke core from Dimona in the Negev Desert

Karena ledakan dengan air gap 50 kaki kurang memiliki energi besar yang cukup untuk melawan struktur fondasi beton, lalu 400 pon bahan peledak kimia digembar-gemborkan oleh Pemerintah Australia. RDX memang akan menekan (namun tak melampaui) 10 pon/inci persegi 50 kaki jauhnya dari titik ledakan, dan potasium klorat dengan takaran seimbang mungkin bisa mendesak 2 pon/inci persegi pada kisaran jarak yang sama.

Masalahnya sudah jelas, dan kesimpulan dari pemerintah Australia yg menyederhanakan masalah dengan dongeng liar tentang detergen potasium klorat yang dicuri dari Jawa jelas tidak benar. Untuk menyebabkan kerusakan pada TKP di Bali, kita mesti punya senjata dengan senyawa berat, dan kecepatan ledakan harus cukup cepat untuk memastikan kalau tekanan 1 juta pon/inci persegi diberikan pada jarak 50 kaki dari titik ledakan.

Hanya satu senjata di dunia yg tepat untuk membuat kegemparan ini, yaitu ....................micro nuklir Dimona dari gurun Negev (Joe Vialls)
Tanggal 6 November 2002, klaim Joe Vialls tentang micro nuklir di Bali dipublikasikan di halaman depan koran-2 di seluru Pulau Jawa. Nampaknya klaim tsb disambut hangat di Indonesia setelah kecurigaan besar Australia dan keterlibatannya dalam penyidikan di Pantai Kuta yang tidak perlu.

Sebagai catatan, untuk bisa mengukur tingkat kepercayaan dan perasaan sakit hati, tanyakan pada diri anda sendiri gimana kalo segerombolan polisi Indonesia tak diundang “menyelidiki” TKP di New York, Sydney, atau London.

Keesokan paginya, anggota2 pemerintah RI di Jakarta terlibat pembicaraan serius mengenai senjata nuklir, dan dongeng lucu Australia_Amerika ttg “Jemaah Islamiyah & Al Qaeda yang menyerang Bali” dengan cepat menyebar di Indonesia.

Menurut sebuah sumber pemerintah di Jakarta, tindakan tegas diambil untuk memulihkan suasana namun dongeng Australia-Amerika pun dipaparkan ke depan mata publik. Tak berapa lama, seorang Jenderal terkait dengan TNI memerintahkan seorang pria bernama Amrozi untuk “segera” mengaku.

Mengutip sebuah sumber pemerintah di Jakarta, “Amrozi disetrum 220 Volt, dicecokin secangkir Scopolamin, dan 30 menit kemudian Amrozy berani bersumpah bahwa dia adalah George Bush”. Scopolamin adalah alkaloid belladonna yang mempunyai efek amnesia yang dapat dimanfaatkan untuk membantu prosedur anestesi. Penyidik Australia dan Amerika langsung terlibat dalam penyiksaan ini sekaligus dengan dungunya mengatakan pada pemirsa televisi bahwa mereka “tidak perlu untuk memeriksa kejiwaan tersangka”.

Kenyataan ttg Amrozi adalah ia seorang mekanik motor dari sebuah desa di Lamongan, Jawa Timur, dimana istri dan tetangga-2nya bisa membuktikan bahwa dia tak pernah pergi kemana-mana. Namun kebenaran ini tidak mendapat perhatian umum, apalagi pihak Barat. Pagi hari tanggal 8 November, media-2 Barat dengan patuh memulai pernyataan burung Beo; “Amrozi diketahui memiliki kaitan dengan Jemaah Islamiyah yang berhubungan dengan Al Qaeda”.

Pada hari yang sama, TV Al Jazeera dengan terang2an menyiarkan video “Osama bin Laden” yang mengklaim bahwa “Al Qaeda bertanggung jawab penuh terhadap Bom di Bali”. Oh iya?? Website dimana klaim gadungan ini dibuat dimiliki dan dioperasikan oleh sebuah perusahaan “gelap” di Qatar, markas besar Al Jazeera.

Sabtu pagi tanggal 9 November, dinas Intelijen dari markasnya di London memberi peringatan yang mengerikan bahwa “Al Qaeda berencana menyerang Barat dengan senjata radiologis”. Sebagai catatan, senjata radiologis adalah bom konvensional berisi sampah nuklir yang tersebar didalamnya. Saat bom meledak, maka sampah nuklir tsb melempar material radioaktif, yang menyebabkan luka/trauma serius bagi korban yang terkena ledakan. Bukan kali pertama intelijen Inggris memakai teknik “halus” ini untuk mengalihkan perhatian publik dari mikro nuklir yang sebenarnya.

Nah, jadi bila sekarang seorang menteri di Indonesia memerintahkan pencarian jejak radiasi di Bali, maka yang dilakukan sang Jenderal adalah mengumpulkan lebih banyak “tersangka”, menyetrumnya dgn tegangan 220 Volt, menuangkan Scopolamine ke dalam tenggorokan mereka, dan memaksa mereka “mengaku” bahwa “Al Qaeda mistis” telah memasok sampah nuklir untuk ditaruh di bom bikinan mereka yang dibuat dari deterjen potasium klorat.

Senin tgl 18 November, Ketua MPR Amien Rais menjawab pertanyaan ttg validitas kesimpulan polisi bahwa Amrozi adalah pelaku utama bom Bali. Amien juga didukung oleh jubir istana A.M Fatwa yang menyatakan; “ Saya sadar bahwa dia bukan aktor kunci. Saya tidak percaya bahwa Amrozi punya kemampuan untuk mempersiapkan segala bahan yang diperlukan untuk pengeboman seperti yg terjadi di Bali.

Pernyataan yg dibuat oleh 2 orang politisi yang punya posisi kuat ini drancang untuk menandingi polisi Australia dan disinformasi media mengenai bom Kuta Bali. Sejumlah besar media di Asia dan Timur Tengah melaporkan komentar Amien dan Fatwa, tapi yang jelas Australia dan Amerika tdk menggubris.

Satu hari sebelum upacara penyucian umat Hindu di lokasi pengeboman (15 Nov), kepala polisi setempat dengan penuh perhatian mengarak tersangka utama Amrozi di depan media massa. Yang terlihat adalah Amrozi yg tampak disorientasi, melantur kayak pecandu obat bius, terisolir dari sorotan kacamata tebal para jurnalis Barat, dan terlihat seperti tak punya masalah dengan para penegak keadilan sakral kita.

Bukan itu saja, Amrozy menatap tajam dengan penuh harapan melalui kabut distorsi jiwanya disertai sorot mata penuh kegembiraan di depan kamera televisi. Dia ditanyai ttg pernyataannya yang menikmati membunuh orang, ingin membunuh lebih banyak lagi, khususnya membantai lebih banyak lagi orang Amerika -(Joe Vialls).

Begitu tebal kabut distorsi yang melingkupi jiwanya, sehingga Amrozi benar-2 lupa bahwa hukuman untuk “mengakui” tindakan kriminal kayak begini adalah berhadapan dengan regu tembak.

Untuk mengetahui dengan jelas siapa yang membayar dan mengarahkan permainan Amrozi di Bali, kita hanya perlu melihat baik2 dimana kisah ini diungkap, siaran dengan detil besar2an dari media Barat, dan siapa yang paling diuntungkan dari panggung permainan ini.

Coba kita pikir & renungkan dengan baik, disini ada seseorang tersangka “jahat” mengaku sebagai pembantai massal terbesar dalam sejarah, dan nampaknya terkait dengan “organisasi teroris” spt yang dijajakan tiada henti oleh media Amerika. Berdasarkan “track record” nya, New York segera mengangkat kisah ini, dan tanpa belas kasih terus mempromosikan kisah fiksi “kelompok teroris” ini.

Satu-2 nya kemungkinan atau alasan yang masuk akal knp peristiwa spektakuler ini tidak mendapat perhatian pemirsa tv di Amerika selama 3 hari, karena pemerintah AS sudah tahu bahwa kejadian ini adalah tipuan yang menyedihkan, mungkin didanai agen bayangan pemerintah di Bali dari uang 100 $ hasil korupsi pejabat pemerintah. Ada kemungkinan 99% kalau kaum Yahudi itu sendiri yang mengatur serangan di Bali dengan tujuan terciptanya dukungan publik Australia terhadap ‘kampanye minyak’ di Timur Tengah. (Joe Vialls)

Jadi apakah para anggota tim penyidik sekarang siap mengatakan dengan tepat bahan peledak apakah yang digunakan di Bali? Mereka tiba-tiba terdiam tanpa alasan. Dan untuk yang pertama kali dalam beberapa minggu, penyidik2 tersebut tiba-tiba memakai pakaian pelindung maksimum termasuk masker dan kerudung kedap udara.

Hari di saat umat Hindu mengadakan upacara penyucian, isi kawah dan puing2 dari lokasi bom dibuang ke laut lepas. Sore harinya para penggali mulai bekerja, dengan penuh rasa takut mengangkat serpihan dari jalanan utama Kuta sebelum para politisi Jakarta yang curiga datang memeriksa.

Mengangkat bukti fisik cenderung lebih mengundang kontroversi dan tentu saja tdk menghentikan pihak yang ingin membuktikan bahwa serangan ini bukan berasal dari pihak Muslim yg dilakukan terhadap orang Inggris, Australia, dan Indonesia. Dengan membiarkkan penggali dan pengangkut membuang bukti dan meratakan TKP, pihak pemerintah memberi klarifikasi pada publik bahwa mereka telah mengangkat tiap potongan tubuh dari TKP, karena jika tiap potongan tubuh tidak diangkat, maka konvensi Internasional akan menyatakan bahwa TKP tetap menjadi TKP hingga pengangkatan penuh bisa dilakukan, yang normalnya memakan waktu hingga beberapa bulan.

Politisi Jakarta mungkin tidak sadar dengan fakta ini, namun jejak nuklir dapat dibuktikan tidak hanya dari ketersediaan bukti di TKP, namun juga bukti yang harus diangkat dan dievakuasi dari TKP. Sebab senjata nuklir adalah satu-2 nya senjata yang dapat menciptakan panas dan tekanan yang cukup untuk menguapkan tubuh manusia dengan lengkap.

Pemerintah Barat dan media menjadi gugup dengan 3 jurnalis investigatif yang ‘menerobos’ Bandar Udara Ngurah Rai, Denpasar dan menyatakan ttg pergerakan pesawat tertentu pada tgl 12 dan 13 Oktober yang secara sistematis dihapus dari catatan log menara kontrol. Stidaknya 2 dari data pesawat yang dihapus memakai “pelat nomor palsu”. Semua perubahan halaman tower log, dan halaman handling log yang membuktikan waktu kedatangan dan keberangkatan 3 pesawat “misterius” tsb telah difoto dengan cermat dan disimpan untuk keperluan di waktu yg akan datang.

Tak ada keraguan bahwa dengan Sodium Penthatol (sejenis obat bius) dan mungkin setrum tegangan tinggi membuat tersangka Amrozi “mengaku” memasok potasium klorat, bubuk aluminium dan kabel saklar yang tidak dapat meledak walau kayak gimanapun anda mencampurnya.

Harap diingat bahwa kristal potasium klorat bukan peledak, dan butuh argmentasi serta teknik dari org berpengalaman yg sebenarnya hanya menimbulkan ledakan bersifat low-explosive. Kita terapkan di Pantai Kuta, maka “bom” buatan Amrozi tidak lebih berbahaya dari sekedar petasan anak-anak.

Kepala Kepolisian Federal Anti Terorisme Australia, Tim Morris, masih sedikit kreatif.
Tim  Moris mengklaim bahwa bom dibuat dari klorat, detonator cord (cordex) dan TNT. Bagus, Tim! TNT tentu akan memicu cordex, atau cordex yang memicu TNT, namun tidak ada yang mampu berbuat banyak terhadap potasium klorat pemalas itu, yang mana harus dicampur dulu dengan hati-hati bersama sejumlah paraffin wax dengan ukuran tepat. Terapkan di Pantai Kuta, maka bom buatan Tim akan membunuh segelintir orang akibat ledakan, dan sekaligus memutihkan kaos ratusan orang di dekatnya!

Polisi dari Indonesia, seorang ahli bahan peledak bernama Zainuri Lubis, dengan lemah lembut menyatakan bahwa bom dibuat dari klorat, black powder, dan TNT yang “dicampur bersama”. Lubis adalah ahli bahan peledak tulen (tidak seperti Amrozy dan Tim), yang selalu tersenyum lebar dalam wawancara media, dan secara halus nampak menyesatkan pengaruh media Barat yang selalu menentangnya.

Bersama dengan ahli bahan peledak lain di muka bumi, Lubis sangat menyadari bahwa anda tidak dapat MENCAMPUR kristal potasium klorat dengan partikel black powder yang sensitif. Karena sekali anda mencobanya, jeda detik saat “bomber” mulai mencampur, kristal potasium klorat........ akan menciptakan gesekan besar di sepanjang permukaan partikel black powder yang kemudian bereaksi hebat dengan hasil suatu ledakan kuat, tergantung dari ukuran partikelnya.

Saat yg bersamaan, suatu reaksi eksotermik (panas) akan dimulai diantara 2 bahan campuran tersebut. Jika gesekan tadi tidak meminta nyawa “sang bomber”, maka reaksi eksotermis secepat kilat akan mengubah “sang bomber” menjadi Lilin Romawi panas. Jadi, bom pilihan Zainuri Lubis tidak dapat diterapkan di pantai Kuta, sebab bomber khayalan pastilah sudah hangus terbakar dalam “laboratorium rahasia” khayalannya.

Tersangka Bom Bali Ali Imron mendemonstrasikan bagaimana cara merakit bom dengan campuran chlorate-black-powder-TNT. Tapi kayaknya dia lupa mejelaskan kenapa dia tidak turut meledak dan terbang ke langit saat mencoba mencampurnya..

Penyelidikan paralel di Bali oleh 3 jurnalis investigasi Amerika, memberi fakta mengejutkan tentang malam kejadian tgl 12-13 Oktober 2002, dimana catatan log menara kontrol secara sistematis di “edit” untuk mengecualikan beberapa gerakan pesawat mencurigakan yang keluar masuk Denpasar.

Hal yg paling mencurigakan tentu saja adalah “editing” itu sendiri. Namun mengapa seseorang mau-maunya terlibat kesulitan dengan mendobrak menara kontrol dan menghapus detail2 penerbangan, jika pesawat yang “dimaksud” itu digunakan untuk operasi resmi yang alasannya bisa dijelaskan dengan mudah nantinya?



sumber : thejakartapost, thebbc.co.uk, globalresearch.ca, situs-lakalaka.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar