Selasa, 24 Juli 2012

Kisah Telor dan Tempe Gosong


Dua puluh tahun telah berlalu, namun masih terbayang jelas kenangan indah bersama dengan mama dan papa.

Suatu malam, mama yang bangun sejak pagi, bekerja keras sepanjang hari, membereskan rumah tanpa pembantu, jam 7 malam mama selesai menghidangkan makan malam papa yang sangat sederhana berupa telur mata sapi, tempe goreng, sambal teri dan nasi.

Sayangnya karena mengurusi adik yang merengek, tempe dan telor gorengnya sedikit gosong !, saya melihat mama sedikit panik, tapi tidak bisa berbuat banyak, minyak gorengnya sudah habis.

Kami menunggu dengan tegang apa reaksi papa yang pulang kerja, pasti sudah capek melihat makan malamnya hanya tempe dan telur gosong.

Luar biasa !Papa dengan tenang menikmati dan memakan semua yang disiapkan mama dengan tersenyum, dan bahkan berkata; ” mama, terima kasih ya!”, dan papa terus menanyakan kegiatan saya dan adik di sekolah.

Selesai makan, masih di meja makan, aku mendengar mama meminta maaf karena telor dan tempe yang gosong itu, dan satu hal yang tidak pernah saya lupakan adalah apa yang papa katakan: “Sayang, kok kamu tahu kalau aku suka sama telor dan tempe yang gosong.”

Sebelum tidur, saya pergi untuk memberikan ciuman selamat tidur kepada papa, saya bertanya apakah papa benar-benar menyukai telur dan tempe gosong ?”

Papa memeluk saya erat dengan kedua lengannya yang kekar dan berkata “Anakku, mama sudah bekerja keras sepanjang hari dan dia benar-benar sudah capek, Jadi pastikan sepotong telor dan tempe yang gosong tadi tidak akan menyakiti siapa pun!”

Inilah pelajaran yang saya praktekkan di tahun-tahun berikutnya, tahun tahun ketika saya merajut sebuah bahtera indah; pelajaran yang sangat penting untuk menciptakan sebuah hubungan yang sehat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar