Sabtu, 14 Juli 2012

Irena Handono: Jangan Pernah Masukkan Anak ke Sekolah Kristen


JAKARTA (VoA-Islam)


 - Kristolog Irena Handono mengatakan, kasus SMK Grafika Desa Putera  memberikan pelajaran bahwa kita sebagai orang tua harus waspada. Tentu sangat disesalkan, kalau sampai tidak mengetahui, ke mana orang tua harus menyekolahkan anaknya.
“Betapa pentingnya sekolah yang Islami.Sekarang sekolah Islam yang berkualitas, bermutu tinggi, dan bergedung bagus, banyak, Alhamdulillah. Tetapi, bagaimana dengan umat yang tidak mampu? Itu yang juga harus menjadi perhatian kita,” kata mantan biarawawi Irena yang telah muallaf.
Irena mengatakan, jika kita tidak peduli terhadap saudara-saudara kita yang fakir dan miskin, maka mereka akan dididik dan diarahkan oleh para misionaris, dengan pelajaran agama Kristen, ujian dan ulangan sampai diharuskan menghafal pelajaran-pelajaran agama Kristen.
Selain Desa Putera, apakah sekolah-sekolah di bawah naungan yayasan Kristen lainnya berpola sama? Irena menjelaskan, kalau di sekolah yang nyata-nyata memasang bendera Kristen, tentu mereka menjalankan visi-misi Kristennya. Ada  kewajiban, setiap siswa yang belajar di sekolah Kristen itu harus masuk ke gereja setiap bulannya. “Rata-rata, semuanya begitu, di manapun, mulai dari Jakarta sampai ke ujung-ujung.”
Irena yang berpendidikan Institut Filsafat Teologia Katolik (Seminari  Agung) memberi contoh, sekolah-sekolah Kristen di Jakarta, seperti Vincentius, Ursula, semuanya sama. Begitu pula di Surabaya, seperti Santarisa, Gabriel, Santa Anis, Santa Maria, Vanlue, termasuk di tempat Irena dahulu mengecap pendidikan.
Ketika ditanya, mengapa orang Islam menyekolahkan anaknya ke sekolah Kristen? Kata Irena, boleh jadi karena pandangan orang tua, bahwa sekolah tersebut terkenal disiplin dan mutunya yang tinggi. Untuk belajar di sekolah Kristen, pihak sekolah tentu memberi persyaratan kepada siswa muslim, yaitu mereka akan mendapat pengajaran agama Kristen atau Katolik, termasuk ujian dan ulangannya, bahkan ke gereja setiap satu bulan sekali

1 komentar:

  1. Ibu Irene ini memang perusak relasi antar-agama di tanah air. Beberapa kali saya menghadiri acara yang dibawakannya, isinya sama: memfitnah agama yang dianutnya sebelumnya. Sebagai orang berpendidikan, saya lantas bertanya, "Apa sebenarnya yang ingin dicapai oleh orang ini dari pembicaraan-pembicaraannya? Apakah ia ingin menyulut kebencian orang-orang Islam terhadap orang-orang Kristen?" Saya justru menangkap kesan bahwa ia tidak mengerti soal islam secara mendalam sehingga apa yang dia bahas hanya itu-itu saja. Saya sangat menyayangkan orang seperti ini masih laku di tanah air. Apa yang dia katakan mengenai agama Kristen menurut saya sudah lebay, saya mempunyai banyak teman Kristen tapi tidak seperti yang dia katakan. Inilah mentalitas orang yang mualaf dan takut tidak mendapat pekerjaan. Saran saya: sebaiknya ibu belajar lagi soal Islam dan tanamkan ajaran Islam yang baik dan benar kepada orang-orang yang mendengar Anda. Mempertahankan pekerjaan dengan memfitnah itu gak bener lho ibu. Lagipula agak aneh, sejak kapan ibu jadi Kristolog? Wong setahu saya para pastor dan pendeta aja ga sembarangan disebut sebagai Kristolog? Jangan ngarang lah, Bu. Kami cinta damai dan dialog antar-umat beragama. Jangan membodohi orang yang sudah bodoh. Tetangga saya banyak yang Kristen, saya tahu apa yang mereka buat. Ibu ini wong baru novis di biara udah nyebut diri Kristolog. Aneh.

    BalasHapus