Senin, 09 Juli 2012

Sebagaimana Kalian, Demikian Pula Pemimpin Kalian


Mengapa kita sering membicarakan kejelekan pemerintah, namun melupakan kejelekan pribadi? Mengapa kita selalu mencela penguasa, dan tak pernah mencela berbagai penyimpangan kita?  Ali bin Abi Thalib Sebenarnya, pemerintah adalah cermin rakyatnya. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu pernah ditanya oleh seseorang: “Mengapa saat Abu Bakar dan Umar menjabat sebagai khalifah kondisinya tertib, namun saat Utsman dan engkau yang menjadi khalifah kondisinya kacau? Jawab Ali: “Karena saat Abu Bakar dan Umar menjadi khalifah, mereka didukung oleh orang-orang seperti aku dan Utsman, namun saat Utsman dan aku yang menjadi khalifah, pendukungnya adalah kamu dan orang-orang sepertimu”[1].
abu-bakarumar-bin-khattabJadi, ketika penguasa seenaknya mengeruk kekayaan negara dan memenjarakan rakyat tak berdosa, penyebabnya adalah dosa rakyat yang melalaikan kewajiban dan tenggelam dalam maksiat. Demikian pula ketika rakyat memberontak dan menjatuhkan si penguasa, itupun akibat kesalahan penguasa yang tidak berhukum dengan hukum Allah, loyal kepada orang kafir, tenggelam dalam foya-foya dan menelantarkan urusan negara.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin pernah mengatakan[2], “Waliyyul amr, baik dari kalangan ulama’ maupun umara’, pasti punya banyak kesalahan. Akan tetapi, dalam sebuah atsar disebutkan kamaa takuunuu, yuwalla ‘alaikum (sebagaimana kalian, demikian pula pemimpin kalian)[3].”
Cobalah perhatikan kondisi masyarakat…
Karakter pemimpin yang sesuai dengan rakyatnya adalah salah satu ketentuan Allah yang bijaksana. Allah berfirman,
وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضاً بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Demikianlah Kami kuasakan orang-orang yang zhalim itu satu sama lain, sebagai akibat dari perbuatan mereka” (QS. Al-An’am 6:129).
ustman-bin-affanali-bin-abi-thalibDemikian pula sebaliknya, Allah mengangkat pemimpin shalih bagi rakyat yang shalih. Jika kita perhatikan diri kita sebagai rakyat, ternyata kita pun sering meremehkan kewajiban, tenggelam dalam maksiat, curang dalam jual-beli, melakukan penipuan, pemalsuan, dan banyak lagi.
Siapa yang meneliti kondisi umat Islam hari ini, pasti akan menyaksikan berbagai kekurangan dan kelemahan. Umat Islam adalah umat yang jujur, menepati janji, dan amanah. Akan tetapi semua sifat ini tak lagi dimiliki sekarang, kecuali pada segelintir orang yang masih dirahmati Allah.
Kalaulah kita sendiri menyia-nyiakan amanah yang kita pikul padahal kita bukanlah penguasa besar, lantas bagaimana halnya dengan mereka yang menguasai kita? Boleh jadi lebih menyia-nyiakan lagi daripada kita. Akan tetapi, bersikaplah yang lurus, niscaya Allah menjadikan pemimpin kita bersikap lurus [..].
Ibnul Qayyim (w. 751 H) mengatakan: Cobalah perhatikan hikmah Allah yang menjadikan para penguasa sebanding dengan jenis perbuatan rakyatnya, bahkan tingkah laku rakyat menjadi cerminan penguasa mereka. Jika rakyat itu istiqamah (lurus), maka penguasanya pun lurus. Jika mereka adil, maka penguasa pun adil. Jika mereka zhalim, maka penguasa pun zhalim. Jika mereka terkenal suka menipu dan manipulasi, maka penguasanya pun seperti itu. Jika mereka menahan hak Allah terhadap harta mereka dan pelit dalam membayar zakat; maka penguasa akan menahan hak rakyatnya dan pelit terhadap mereka. Jika golongan lemah dari mereka menindas yang kuat dan mengambil yang bukan miliknya dalam bermuamalah, maka penguasa akan mengambil pula yang bukan miliknya dan mencekik mereka dengan berbagai pajak dan upeti. Semua yang mereka rampas dari pihak yang lemah, akan dirampas dari mereka oleh penguasa … jadi, para pejabat adalah potret perbuatan rakyat! Hikmah ilahi tidak punya ketentuan lain, selain menguasakan orang jahat atas sesamanya.
Berhubung generasi pertama umat Islam adalah generasi terbaik, maka pemimpin mereka pun adalah pemimpin terbaik. Ketika mereka mulai menyimpang, pemimpin mereka pun menyimpang.
Jadi, kebijaksanaan Allah tak mengizinkan kita untuk dipimpin oleh orang-orang seperti Mu’awiyah radhiyallaahu ‘anhu dan Umar bin Abdul Aziz rahimahullah, apalagi oleh pemimpin seperti Abu Bakar dan Umar radhiyallaahu ‘anhuma. Akan tetapi, pemimpin kita adalah sesuai dengan kualitas kita. Dan pemimpin sebelum kita, juga sesuai dengan kualitas rakyatnya [..].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar