Rabu, 14 Maret 2012

Teori Evolusi Darwin : Penipuan Ilmiah Paling Tersohor


Charles Darwin Charles Darwin Naturalist, 1809 -1882



manusia bukan berevolusi dari monyet

Hasil penelitian baru-baru ini semakin mematahkan teori evolusi Darwin. Bukti kecerdasan monyet, dan peradaban tinggi pada masa prasejarah adalah bukti kelemahan teori yang menjadi dasar filosofi atheisme dan komunisme ini.

Delapan tahun lalu, seorang ilmuwan yang melakukan penelitian terhadap monyet menyatakan, perilaku primata ini sangat misterius, hal yang dapat mematahkan teori evolusi. Cara mengatur koloni monyet sangat unik, mereka memiliki banyak cara “membuat hidup mereka agar lebih baik”, banyak sekali hal yang sama sekali tidak dipahami manusia. Misalnya reaksi terhadap perubahan alam, dibanding manusia monyet lebih cerdas; bahkan reaksi monyet terhadap gempa, banjir dan bencana alam lainnya lebih akurat dibanding peralatan ilmiah. Dengan demikian dapatkah dikatakan monyet lebih cerdas dari manusia? Adakah penurunan tingkat kecerdasan?

Jika peradaban manusia baru berusia 10 ribu tahun seperti dalam teori evolusi Darwin, maka dapat dikatakan monyet merupakan makhluk yang paling cerdas, karena memimpin dunia pada saat itu?

Jika ribuan makhluk di dunia berevolusi mengalami perubahan bentuk secara berangsur dari yang tingkat rendah ke tingkat tinggi. Lalu bagaimana binatang atau tumbuhan dalam klasifikasi biologi modern itu, mana yang sederhana, dan mana yang bertaraf tinggi? Bagaimana bentuk asal mereka? Kala itu ada berapa banyak monyet yang menjadi manusia, dan monyet yang bagaimana bisa menjadi manusia, demikian juga sebaliknya, monyet yang bagaimana tidak bisa menjadi manusia? Lalu bagaimana dengan asal manusia pada tempat-tempat yang tidak ada monyet di dunia itu?

Peneliti tersebut mengemukakan bahwa untuk mengumumkan hasil dari penelitian tersebut kepada publik tidaklah mudah. Dapat juga hal itu akan menjadi akhir dari penelitian itu sendiri. Ini dikarenakan ilmuwan-ilmuwan senior banyak yang karyanya mengacu pada teori Darwin tersebut. Dengan demikian, berarti mereka menyangkal “hasil” penelitian sepanjang hidup mereka sendiri dan mempersulit diri sendiri.

Setelah sekian lama teori ini bertahan dan diyakini oleh banyak ilmuwan dari berbagai ilmu dan menjadikan Darwin sebagai salah satu ilmuwan paling berpengaruh di abad 20. Pada 10 Agustus 2005 merupakan hari yang tidak menguntungkan bagi Darwin. Karena pada hari itu, komite pendidikan negara bagian Kansas, AS menyetujui serangkaian standar pendidikan ilmu alam, salah satunya memasukkan teori kontradiksi evolusi dalam kurikulum di sekolah, dengan perbandingan 6:4. Dan setelah dipertimbangkan oleh sejumlah kalangan terkait, maka standar pendidikan itu akan diterapkan pada semester baru. Ini berarti akan semakin luas masyarakat yang akan mempelajari dan kemudian dapat membandingkan antara kedua teori tersebut.
http://1.bp.blogspot.com/_HQJham1h7u0/TRLf1Kq7ECI/AAAAAAAAABQ/2jXfVEyRZiA/s1600/evolusidd9.jpg 

Hanya Sebuah Hipotesis
Lebih dari 500 ilmuwan yang memiliki gelar doktor telah menandatangani sebuah pernyataan bersama mereka, yakni menyatakan sangsi atas teori evolusi Darwin. Diantara ilmuwan yang menandatangani pernyataan bersama tersebut, adalah merupakan anggota yang memiliki popularitas dari lembaga ilmu pengetahuan Rusia dan AS.

Pada 2001 yang lalu, untuk mempropagandakan rangkaian program evolusinya, stasiun televisi PBS menyatakan : “Sesungguhnya, tiap-tiap ilmuwan di dunia percaya bahwa teori evolusi itu benar.”

Tepat di saat itu untuk pertama kalinya lembaga Discovery Seatlle mengemukakan keraguannya terhadap pandangan PBS. Wakil Direktur dari Pusat Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Lembaga Discovery Seatlle yakni John Wester mengatakan, “Darwinisme tetap mengatakan bahwa tidak ada satu ilmuwan yang sungguh–sungguh meragukan teori evolusi, namun, di sini terdapat lebih dari 500 ilmuwan yang bersedia menyatakan secara resmi bahwa mereka ragu dengan teori evolusi tersebut.”

Sebenarnya Darwin tidak pernah memastikan teorinya. Menurut ilmuwan, sebenarnya teori evolusi hanya sebuah teori hipotesis, Darwin berharap kelak dapat menemukan bukti yang meyakinkan. Untuk membuktikan bahwa teori evolusinya itu benar, bukti yang ada tidak dapat bertahan hingga saat ini, lagi pula teori evolusi sangat jauh berbeda dengan kenyataan, bukti masih samar-samar, dan kesimpulanya juga tidak dapat diulang. Namun demikian masih ada sarjana yang belakangan meneruskannya dan menganggap teori itu sebagai suatu keyakinan yang ilmiah. Hipotesa yang baru ini dengan cepat menjadi satu keyakinan yang umum, dan mengulangi perkataan orang lain, sekarang dianggap sebagai satu kebenaran.

Beberapa hasil penelitian ilmiah baru-baru ini dapat menjadi bukti untuk mematahkan teori evolusi Darwin. Antara lain dengan hasil penelitian: masa munculnya binatang di dunia ini hingga sekarang tidak lebih dari 580 juta tahun. Hasil temuan arkeologi lain didapatkan kenyataan bahwa tambang uranium Oklo dibangun 2 miliar tahun silam, Republik Gabon yang terbelakang membuat sebuah reaktor nuklir! Dan pada saat itu menurut teori evolusi bahkan tidak ada yang namanya binatang, bukankah ini menampar mulut ilmuwan yang bersikeras dengan hipotesa teori evolusi? Menurut perhitungan teori evolusi Darwin bahwa munculnya peradaban manusia tidak lebih dari 10.000 tahun

Pada 1880 silam, di bawah kaki sebuah gunung di California ditemukan hasil galian arkeologi yang sebagian besar adalah peralatan batu yang sangat halus, dan dapat dipastikan bahwa ini adalah bekas peningalan pada 55 juta tahun yang lampau. Bukankah sepenuhnya telah menjebol susunan evolusi manusia dalam teori evolusi.

Ateisme memperkuat doktrin evolusi
Akar bencana yang mendominasi dunia dari doktrin teori evolusi adalah ateisme. Sebab ateisme tidak dapat menjelaskan bahwa ayam dan telur ayam diciptakan secara bersamaan oleh Sang Pencipta, sedangkan pembela teori evolusi hingga sekarang masih berdebat sebenarnya ayam atau telur lebih dahulu. Sesungguhnya sekarang banyak ilmuwan yang benar-benar berkata jujur berpendapat bahwa teori evolusi adalah sebuah doktrin yang keterlaluan dan tidak dapat dibuktikan.
  Dalam buku “Teori yang Memunculkan Krisis: Teori Evolusi” ahli genetika asal Selandia Baru Michael Denton secara singkat namun tegas mengatakan bahwa teori evolusi Darwin adalah dusta terbesar abad 20.

Banyak ilmuwan menganggap : teori evolusi bukan saja telah keliru menuntun segenap bidang biologi, bahkan keliru menuntun dalam bidang psikologi, logika dan filsafat dan banyak bidang lainnya, sehingga keliru dalam menuntun perkembangan budaya manusia. Teori evolusi membuat orang percaya bahwa manusia adalah keturunan binatang, sehingga membuat orang percaya bahwa sifat manusia berpangkal dari hewan, nafsu serakah manusia adalah pengungkapan alami manusia, memberi landasan teori hukum rimba dan akan binasa jika tidak berusaha untuk kepentingan diri sendiri. Beginilah rusaknya dunia ini.

Sejak China komunis membentuk pemerintahan, di mana agar dapat mempertahankan kekuasaan adikarya dan tidak membiarkan orang percaya adanya Tuhan, ia memutarbalikkan sejarah budaya Tionghoa, namun, karena orang-orang percaya adanya Tuhan, maka siapa yang mau mendengarnya?

Sesungguhnya, dalam sejarah budaya bangsa Tionghoa, riwayat dewa-dewa yang menyebarkan budaya hingga sekarang masih terus diceritakan turun temurun, Lu Ban yang membuat jembatan Zhao Zhou, dan Liu Bowen yang membangun 999,5 kamar di istana, serta riwayat penyebaran Yi Jing dan sebagainya, kisah yang tidak lapuk sepanjang masa ini berurat akar di kalangan rakyat. Juga ada legenda tentang Nuwa yang menciptakan manusia timur, dan Tuhan yang menciptakan manusia barat. Dari fresco kuno di China dan barang-barang maupun spesies ganjil yang semakin banyak ditemukan di dunia saat ini, semua ini membuktikan betapa jauh tertinggalnya ilmu pengetahuan modern dari budaya prasejarah, temuan-temuan ini terus mematahkan ateisme, dan tanpa kenal ampun membedah teori evolusi. Terus menerus memperlihatkan kepada manusia bahwa di tengah keremangan ada fakta yang menentukan alam semesta. Semakin banyak yang menyadari, bahwa pada hakekatnya manusia itu ciptaan Tuhan

gambar-gambar teori evolusi

 
Contoh penggelapan warna karena pengaruh industri jelas bukan bukti evolusi, sebab proses ini tidak memunculkan jenis ngengat baru. Seleksi hanya terjadi di antara varietas yang telah ada 


Seleksi alam berperan sebagai mekanisme pengeliminasi individu-individu lemah dalam suatu spesies. Ini adalah kekuatan konservasi yang menjaga spesies yang ada dari kepunahan. Namun mekanisme ini tidak memiliki kemampuan mengubah satu spesies ke spesies lain. 

SEMUA MUTASI MEMBAHAYAKAN

 
Kiri: Seekor lalat buah (drosophila) normal.
Kanan: Seekor lalat buah dengan kaki tumbuh di kepala; mutasi akibat radiasi.
Efek mutasi yang mengenaskan pada tubuh manusia. Bocah laki-laki di samping adalah korban kecelakaan instalasi nuklir Chernobyl.


FOSIL-FOSIL HIDUP
Teori evolusi menyatakan bahwa spesies makhluk hidup terus-menerus berevolusi menjadi spesies lain. Namun ketika kita membandingkan makhluk hidup dengan fosil-fosil mereka, kita melihat bahwa mereka tidak berubah setelah jutaan tahun. Fakta ini adalah bukti nyata yang meruntuhkan pernyataan evolusionis.

Lebah madu hidup tidak berbeda dengan fosil kerabatnya yang berumur jutaan tahun lalu.

Fosil capung berumur 135 juta tahun tidak berbeda dengan kerabat modernnya.



MATA TRILOBITA
Trilobita yang muncul secara tiba-tiba pada periode Kambrium memiliki struktur mata yang sangat kompleks. Mata ini terdiri dari jutaan partikel kecil menyerupai sarang lebah dan sebuah sistem lensa ganda. Sebagaimana ungkapan David Raup, seorang profesor geologi, mata ini merupakan "sebuah desain optimal, hingga dibutuhkan seorang rekayasawan optik yang sangat terlatih dan sangat imajinatif jika ingin membuatnya di masa kini".
Mata ini muncul 530 juta tahun lalu dalam kondisi sempurna. Tidak diragukan lagi, kemunculan secara tiba-tiba dari desain menakjubkan ini tidak dapat dijelaskan dengan evolusi, dan membuktikan adanya penciptaan.
Lebih jauh lagi, struktur mata trilobita tetap bertahan hingga sekarang tanpa ada perubahan sedikit pun. Beberapa serangga seperti lebah dan capung memiliki struktur mata yang sama dengan trilobita.*) Keadaan ini menggugurkan anggapan evolusionis bahwa makhluk hidup ber-evolusi secara progresif dari bentuk primitif ke bentuk kompleks.

(*) R. L. Gregory, Eye and Brain: The Physiology of Seeing, Oxford University Press, 1995, s. 31. 


Fosil Coelacanth yang berumur 410 juta tahun. Evolusionis menyatakan bahwa ikan ini adalah bentuk transisi yang membuktikan perpindahan dari air ke darat. Sampel-sampel hidup dari ikan ini telah berhasil ditangkap berkali-kali sejak tahun 1938. Inilah contoh tepat untuk menunjukkan seberapa jauh para evolusionis berspekulasi.


Bukti Coelacanth hidup memperlihatkan sejauh mana evolusionis dapat mengarang skenario khayalan mereka. Bertentangan dengan klaim mereka, Coelacanth ternyata tidak memiliki paru-paru primitif dan tidak pula otak yang besar. Organ yang dianggap oleh peneliti evolusionis sebagai paru-paru primitif ternyata hanya kantong lemak.5 Terlebih lagi, Coelacanth yang dikatakan sebagai "calon reptil yang sedang bersiap meninggalkan laut menuju daratan", pada kenyataannya adalah ikan yang hidup di dasar samudra dan tidak pernah mendekati kurang dari 180 meter di bawah permukaan laut.6



PENYU SELALU MENJADI PENYU

Fosil penyu berumur 100 juta tahun, namun fosil itu tidak berbeda dengan kerabat modernnya. (The Dawn of Life, Orbis Pub., London 1972)






Teori evolusi bukan hanya tidak mampu menjelaskan kelompok-kelompok utama makhluk hidup seperti ikan dan reptil. Mereka juga tidak dapat menerangkan asal usul spesies dalam kelompok-kelompok tersebut. Misalnya penyu, yang merupakan spesies reptil. Catatan fosil menunjukkan, penyu muncul secara tiba-tiba, sudah dengan tempurungnya yang unik. Sebuah kutipan dari sumber evolusionis: "...hingga per-tengahan Zaman Triassic (sekitar 175.000.000 tahun lalu), anggota-anggota kelompok penyu telah banyak jumlahnya dan memiliki karakteristik dasar penyu. Mata rantai antara penyu dan cotylosaurus, nenek moyang hipotetis penyu, hampir tidak ada sama sekali". (Encyclopaedia Brittanica, 1971, v.22, hal. 418)
Tidak ada perbedaan antara fosil penyu kuno dengan anggota spesies ini yang hidup di masa kini. Ringkasnya, penyu tidak pernah "berevolusi"; mereka tetap penyu karena diciptakan demikian.






GAMBAR-GAMBAR IMAJINER YANG MENYESATKAN
Dengan gambar dan rekonstruksi, evolusionis sengaja memberi bentuk pada ciri-ciri fisik yang sebenarnya tidak meninggalkan jejak-jejak fosil, seperti struktur hidung dan bibir, bentuk rambut, bentuk alis dan rambut bagian tubuh lain, untuk mendukung teori evolusi. Mereka juga menyiapkan gambar-gambar terperinci makhluk-makhluk imajiner ini sedang berjalan dengan keluarga mereka, berburu, atau contoh-contoh kehidupan mereka sehari-hari lainnya. Akan tetapi, semua gambaran ini adalah rekaan belaka dan tidak memiliki acuan pada catatan fosil. 




TIGA REKONSTRUKSI BERBEDA DARI TENGKORAK YANG SAMA


Dimuat di Sunday Times, 5 April 1964Lukisan Maurice Wilson
Rekonstruksi N. Parker di National Geographics, September 1960


KISAH SEBUAH KEBOHONGAN
Fosil ditemukan oleh Charles Dawson dan diserahkan kepada Sir Arthur Smith Woodward.
Potongan-potongan fosil direkonstruksi membentuk tengkorak yang terkenal itu.
Berdasarkan rekonstruksi tengkorak, telah dibuat beragam gambar dan patung dan ditulis banyak artikel dan komentar. Tengkorak asli dipamerkan di British Museum.
Empat puluh tahun setelah penemuan, sekelompok peneliti memastikan bahwa fosil Piltdown itu palsu.







SATU TULANG RAHANG SEBAGAI SUMBER INSPIRASI
 
Fosil Ramapithecus pertama yang ditemukan: tulang rahang yang hilang, terdiri dari dua bagian (kanan). Evolusionis dengan berani menggambarkan Ramapithecus, keluarga dan lingkungan tempat tinggal mereka, hanya berdasarkan tulang rahang ini. 



AUSTRALOPITHECUS AFERENSIS:
KERA YANG TELAH PUNAH
Fosil pertama yang ditemukan di Hadar, Ethiopia, yang dianggap sebagai spesies Australopithecus aferensis adalah AL 288-1 atau "Lucy". Sudah lama evolusionis berusaha keras membuktikan bahwa Lucy dapat berjalan tegak. Tetapi penelitian terakhir memastikan bahwa binatang ini adalah kera biasa yang berjalan membungkuk.
Fosil Australopithecus aferensis AL 333-105 di atas adalah milik anggota muda spesies ini. karena itulah tonjolan belum terbentuk pada tengkoraknya.
AUSTRALOPITHECUS
SIMPANSE MODERN
Di kanan adalah tengkorak fosil Australopithecus aferensis AL 444-2, dan di bawahnya adalah tengkorak kera modern. Kemiripan yang sangat jelas menegaskan bahwa A. Aferensis adalah spesies kera biasa tanpa ciri-ciri "mirip manusia".


TOPENG PALSU: 
Meskipun tidak berbeda dengan manusia modern, Neandertal masih saja dilukiskan oleh evolusionis sebagai makhluk mirip kera
 


FOKUS: PENGAKUAN EVOLUSIONIS

Alexander Oparin: "Asal-usul sel masih menjadi teka-teki."
Tantangan untuk menjelaskan asal usul kehidupan merupakan sumber krisis terbesar yang dihadapi teori evolusi. Alasannya, molekul-molekul organik sangat kompleks dan pembentukannya tidak mungkin dapat diterangkan sebagai suatu kebetulan. Selain itu, telah terbukti bahwa sel organik mustahil terbentuk secara kebetulan.
Evolusionis dihadapkan pada pertanyaan tentang asal usul kehidupan pada perempat kedua abad ke-20. Pakar terkemuka teori evolusi molekuler, evolusionis Rusia, Alexander I. Oparin, menuliskan dalam bukunya "The Origin of Life" yang terbit pada tahun 1936:
Sayangnya, asal usul sel masih menjadi pertanyaan, yang merupakan titik tergelap dari teori evolusi yang utuh.1

Jeffrey Bada: "Kemunculan kehidupan di bumi adalah masalah terbesar yang belum terpecahkan."
Sejak Oparin, banyak evolusionis telah melakukan penelitian dan pengamatan untuk membuktikan bahwa sebuah sel dapat terbentuk secara ke-betulan. Akan tetapi, setiap upaya hanya memperjelas desain sel yang kompleks sehingga semakin menggugurkan hipotesis mereka. Profesor Klaus Dose, kepala Institut Biokimia di Universitas Johannes Gutenberg, menyatakan:
Percobaan tentang asal usul kehidupan di bidang kimia dan evolusi molekuler selama lebih dari 30 tahun, menghasilkan persepsi yang lebih baik tentang kompleksitas asal usul kehidupan di bumi ini, dan bukannya memberikan jawaban yang mereka harapkan. Saat ini, semua diskusi mengenai teori-teori dasar dan penelitian di bidang ini berakhir dengan kebuntuan atau pengakuan atas ketidaktahuan. 2
Jeffrey Bada dari Institut San Diego Scripps memperjelas ketidakberdayaan evolusionis terhadap kebuntuan ini :
Kini, saat meninggalkan abad ke-20, kita masih menghadapi masalah terbesar yang belum terpecahkan sejak awal abad ke-20: Bagaimana kehidupan muncul di muka bumi? 3


1 Alexander I. Oparin, Origin of Life, (1936) NewYork: Dover Publications, 1953 (Reprint), p.196.
2 Klaus Dose, "The Origin of Life: More Questions Than Answers", Interdisciplinary Science Reviews, Vol 13, No. 4, 1988, p. 348
3 Jeffrey Bada, Earth, February 1998, p. 40





Tidak ada komentar:

Posting Komentar