Senin, 05 Maret 2012

Napoleon Bonaparte Seorang Muslim dan Keturunan Makasar?

Napoleon BonaparteDi dunia internet dan blogger, sudah banyak beredar artikel yang menyebutkan bahwa Pahlawan Prancis Jendral Napoleon Bonaparte adalah seorang Muslim. (Ternyata...).  Bahkan Seorang kompasioner Iwan Nurdin pernah menulis dengan judul sangat menarik, “Napoleon Bonaparte Keturunan Makassar”. :-D .   Dalam tulisan itu diceritakan bahwa Napoleon adalah keturunan Sultan Hasanudin. Konon cucu sang Sultan bernama Daeng Ruru ( Louis Pierre de Macassart ) dan Daeng Tulolo (Louis Dauphin ), yang dibawa tentara Perancis dan kemudian menetap di sana, inilah yang menjadi moyangnya Napoleon. wajar kalau posturnya kecil dan tidak setinggi rata-rata orang Eropa.
Informasi lain yang cukup menarik adalah tentang agama si Napoleon di akhir hayatnya yang memeluk agama Islam. Mungkin ini juga dapat menjadi petunjuk tentang leluhurnya di Makassar. 
Tetapi yang jelas, majalah Genuine Islam, edisi Oktober 1936 terbitan Singapura pernah menurunkan berita mengenai penuturan Sang Bonaparte sebagai berikut: 

“I read the Bible; Moses was an able man, the Jews are villains, cowardly and cruel. Is there anything more horrible than the story of Lot and his daughters?” “The science which proves to us that the earth is not the centre of the celestial movements has struck a great blow at religion. Joshua stops the sun! One shall see the stars falling into the sea… I say that of all the suns and planets,…”
( “Saya membaca Bible; Musa adalah orang yang cakap, sedang orang Yahudi adalah bangsat, pengecut dan jahat. Adakah sesuatu yang lebih dahsyat daripada kisah Luth beserta kedua puterinya?” (Lihat Kejadian 19:30-38) “Sains telah menunjukkan bukti kepada kita, bahwa bumi bukanlah pusat tata surya, dan ini merupakan pukulan hebat terhadap agama Kristen. Yosua menghentikan matahari (Yosua 10: 12-13). Orang akan melihat bintang-bintang berjatuhan kedalam laut…. saya katakan, semua matahari dan planet-planet ….”)

Napoleon Bonaparte

Selanjutnya Napoleon Bonaparte berkata :
“Religions are always based on miracles, on such things than nobody listens to like Trinity. Yesus called himself the son of God and he was a descendant of David. I prefer the religion of Muhammad. It has less ridiculous things than ours; the turks also call us idolaters.”
(“Agama-agama itu selalu didasarkan pada hal-hal yang ajaib, seperti halnya Trinitas yang sulit dipahami. Yesus memanggil dirinya sebagai anak Tuhan, padahal ia keturunan Daud. Saya lebih meyakini agama yang dibawa oleh Muhammad. Islam terhindar jauh dari kelucuan-kelucuan ritual seperti yang terdapat di dalam agama kita (Kristen); Bangsa Turki juga menyebut kita sebagai orang-orang penyembah berhala dan dewa.” )
Selanjutnya :
“Surely, I have told you on different occations and I have intimated to you by various discourses that I am a Unitarian Musselman and I glorify the prophet Muhammad and that I love the Musselmans.”
(“Dengan penuh kepastian saya telah mengatakan kepada anda semua pada kesempatan yang berbeda, dan saya harus memperjelas lagi kepada anda di setiap ceramah, bahwa saya adalah seorang Muslim, dan saya memuliakan nabi Muhammad serta mencintai orang-orang Islam.”)
Akhirnya ia berkata :
“In the name of God the Merciful, the Compassionate. There is no god but God, He has no son and He reigns without a partner.”
(“Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tiada Tuhan selain Allah. Ia tidak beranak dan Ia mengatur segala makhlukNya tanpa pendamping.” )
Napoleon Bonaparte mengagumi Al-Quran setelah membandingkan dengan kitab sucinya terdahulu, Alkitab.
Akhirnya ia menemukan keunggulan-keunggulan Al-Quran, juga semua cerita yang melatar belakanginya. Dalam buku yang berjudul ‘Bonaparte et I’Islarn oleh Cherlifs, Paris, halaman 105’, Napoleon Bonaparte berkata sebagai berikut:
“I hope the time is not far off when I shall be able to unite all the wise and educated men of all the countries and establish a uniform regime based on the prinsiples of the Qur’an wich alone can lead men to happiness.”
( “Saya meramalkan bahwa tidak lama lagi akan dapat dipersatukan semua manusia yang berakal dan berpendidikan tinggi untuk memajukan satu kesatuan kekuasaan yang berdasarkan prinsip–prinsip ajaran Islam, karena hanyalah Qur’an itu satu-satunya kebenaran yang mampu memimpin manusia kepada kebahagiaan.”)
Beberapa sumber lain yang menyatakan ke-Islaman beliau:
* Buku ‘Satanic Voices – Ancient and Modern’ dengan penulis David M. Pidcock (1992 ISBN: 1-81012-03-1), pada hal. 61 * Surat kabar Perancis ‘Le Moniteur’, yang menulis bahwa beliau masuk Islam pada tahun 1798.

Benar atau tidaknya berita ini Wallahu a’lam (hanya Allah yang tau). Yang pasti teman-teman Muslim tidak usah GR dengan kemusliman Napoleon dan teman-teman Kristiani tidak perlu tersinggung dengan informasi ini. Yang pasti dan dapat kita akui bersama bahwa Napoleon merupakan salah satu orang besar yang pernah ada di muka bumi ini, khususnya bagi Perancis dan Amerika Serikat.
Napoleon Bonaparte
Amerika Serikat menjadi sebuah Negara berukuran benua berkat jasa Napoleon, meski tidak secara langsung. Hal ini dikarenakan keputusannya untuk menjual sebagian wilayah kekuasaannya di Lousiana kepada Amerika Serikat. Mengingat daerah ini sulit dilindungi dari kemungkinan serangan dari Inggris, musuh bebuyutannya. Hebatnya, penawaran Perancis untuk menjual wilayahnya itu dilakukan seorang diri Napoleon. Inilah mengapa Michael H. Hart memposisikannya pada peringkat ke 34 sebagai tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah.

4 komentar:

  1. Salam Putra Bangsa Bugis: “TABE”

    NOPOLEON KETURUNAN MAKASSAR?? MOSLEM PULA?
    .....MIMPI DIATAS HAYALAN

    Sepertinya kita harus mengusut dan menyelidiki BUKU yang kita baca, memperbanyak literature pembanding, kemudian mencoba manarik benang dan kaitan yang kira-kira bisa diterima, karena sangat bisa kaitan yang ditarik ternyata tidak sinkron dengan literature lain. Semisal Karya Bernard Dorleans “Orang Indonesia dan Orang Pancis” dari Abad XVI sampai abad XX. Tentu ini sangat subjective, karena dilihat dari kacamata Prancis, kepentingan Perancis untuk mencitrakan Prancis sudah dekat dengan Indonesia (nusantara dari dulu). Wallahu Alam…apakah pencitraan yang dibuat dengan membuat sebuah cerita/hikayat/dongeng atau mengulas sejarah dengan benar? Studinya entah valid tau tidak, dari mana sumbernya. Akhirnya, sangat bisa jadi…..pemaparan yang ada tidak connected/tidak nyambung dengan benang sejarah yang selama ini juga kita miliki.

    Pada Bab IX hal 123-124-125 (3 halaman saja) : “KISAH PENGEMBARAAN 2 Pangeran Makassar di Prancis Pada Masa Kekuasaan Louis XIV dan Louis XV (1686-1736)” …..yang ternyata hanya diangkat kembali dari sebuah article Tulisan Christian Perlas. Alur ceritanya manis bak dongeng.
    Alkisah dituliskan : Tahun 1686, Daeng Mangella adalah Putra Pangeran dari Makassar (diasingkan, atau mengasingkan diri, atau melarikan diri gak jelas alasannya) ke Siam. Daeng Mangella punya 2 anak : Daeng Ruru 15th (nanti dinamai Louis Pierre Macassart) dan Daeng Tulola 16th (katanya dinamai Louis Dauphin Macassart). Kedua anak ini yang KATANYA dibawa ke Prancis, disekolahkan militer..dst..dst. Mereka katanya di Baptis dan masuk Katolik..dst..dst. (lhah..HOAX di Makassar…..bagian dongeng ini dibumbu-bumbui seolah mereka berdua adalah nenek moyangnya Napoleon Boneparte (katanya Nopoleon keturunan Makassar), bahkan ada pula buku menulis Napoleon Boneparte itu Muslim karena nenek moyangnya itu lhah…khan ada ceritanya mereka pada di Baptis…..…haiyaaaa…..sejarah yang tidak nyambung satu sama lain semua…hahahahah).

    Well….Mari merunut Sejarah Daeng Mangella tadi. Tahun 1686……dia diasingkan, atau melarikan, atau diamankan ke Siam, bersama pasukan dan 2 anaknya itu.
    Menguji sejarah itu yuk, mulai dengan ini:
    - ada apa di tahun 1686 di Makassar
    - Siapa Raja saat itu?
    Jawaban saya: Sultan Hasanuddin Raja XVI lahir 1629, meningal 1670 di usia 41. Jadi tidak mungkin Daeng Mangalle yang tahun 1686 itu (punya anak usia 15 dan 16 tahun) adalah Putra Sultan Hasanuddin.
    Apakah dia Saudara Kandung Sultan Hasanuddin? Oh sangat tidak. Karena RAJA Gowa XV, hanya punya 2 anak: Yakni Sultan Hasanuddin dan seorang Putri namanya I Fatimah Daeng Nisakking Kraeng Boto Je’ne.

    Pasca Perjanjian Bungaya (Sultan Hasanuddin mundur) di tahun 1667, Gowa sudah dibawah kekuasaan Belanda dan tidak ada repressive keluarga kerajaan oleh Belanda antara 1667 (mundurnya Sultan Hasanuddin, hingga 1686 (Daeng Mangella nongol-menurut dongeng tadi- di Siam). Lhah, kenapa ente lari atau melarikan diri ke Siam?

    JADI: Berarti ada sejarah yang SANGAT tidak nyambung antara Buku yang dibuat orang Prancis ini (di komentari pula Duta Besar Prancis dalam pengantarnya..hahha) dengan sejarah yang selama ini kita pelajari di Nusantara ini. Apakah Daeng Mangella hanya hikayat, cerita, atau dongeng yang dirangkai2 oleh Prancis untuk menyenangkan orang Indonesia betapa dari dulu sudah ada keterkaitan hubungan ? Atau memang ada Daeng Mangella itu tapi bukan dari Makassar dengan GOWA yang kita fahami, tapi Makassar yang dari Kerajaan Bugis lain yang direpresentasikan sebagai Makassar? (well...banyak kita ketahui sekarang, penyebutan memakai Makassar, tapi yang dimaksudkan adalah Bugis)
    Mari mendalami dengan banyk sumber lagi, mencoba memahami..….semoga kita tidak semakin kabur yah..heheheh
    Salam Putra Bugis dari Bali
    Imran Jamal

    BalasHapus
  2. Bro Imran, Daeng Mangalle bisa saja saudara tiri Sultan Hasanuddin, mengingat raja dahulu bisa punya lebih dari satu istri. Terus mengenai rentang waktu Perjanjian Bongaya yang 20 tahun dengan kemunculan Daeng Mangalle di Siam, itu karena pelayaran pada saat itu masih menggunakan perahu layar dan orang bisa bertahun-tahun di atas lautan dan singgah-singgah ke beberapa pulau, sebelum akhirnya sampai di Siam. Daeng Mangalle adalah salah satu bangsawan Gowa yang tidak menerima perjanjian Bongaya, seperti Karaeng Galesong yang merantau ke Jawa Timur.

    BalasHapus
  3. napoleon = napuliang(bhs makassar)artinya menyamakan,membalas dendamkan

    BalasHapus
  4. sgt tendensius koment Imran Jamal ttg org" dr Bugis yg kemudian diakui sbg org Makassar. seolah ingin mengatakan Bugis itu lbh unggul Makassar tdk sehingga mengaku-mengaku agar Makassar lbh dikenal.....duh...segitunyakah kita menganalisa. jgn" (maaf) dendam lama perang Bugis Makassar anda coba munculkan lg. sdh lewat ces...jgnlah kt beda-bedakan. baik Bugis maupun Makassar.

    BalasHapus