Jumat, 10 Februari 2012
Cluster Bomb
Bom tandan merupakan salah satu jenis senjata yang berdampak amat bahaya bagi warga sipil. Hingga kini masih banyak bom tandan yang belum meledak di kawasan-kawasan bekas konflik dan kapanpun bisa mengancam warga sipil, khususnya anak-anak yang mengira bom itu sebagai mainan. Setelah mengenai sasaran, bom tandan akan mengeluarkan ratusan bom yang lebih kecil, yang bekerja seperti ranjau darat. Meski masa perang telah bertahun-tahun berlalu, namun bomblets atau anak bom tandan yang masih tersisa bisa meledak kapanpun jika bersentuhan dengan benda lain, termasuk manusia. Karena itu, bom tandan dijuluki sebagai senjata yang tak manusiawi.
Menurut data-data yang ada, kini terdapat 34 negara produsen bom tandan dengan lebih dari 200 jenis. 13 negara di antaranya merupakan negara-negara yang aktif memperjualbelikan senjata jenis ini ke lebih dari 60 negara. Sedikitnya 75 negara menyimpan bom tandan, dan digunakan di 23 negara. Jenis senjata pemusnah massal ini pernah digunakan secara luas di era Perang Dunia II. Pasca Perang Dunia II, bom tandan juga pernah digunakan di pelbagai perang lainnya, seperti di Vietnam, Kamboja, Kosovo,Afghanistan, Irak, dan Lebanon.
Program Pembangunan PBB dalam laporannya menyebutkan, bom tandan telah menyebabkan tewas dan terlukanya lebih dari 13 ribu orang di seluruh dunia. Sebagian besar korban tersebut berada di negara-negara seperti Laos, Vietnam, dan Afghanistan. Sementara AS dan rezim zionis Israel merupakan dua negara utama pengguna bom tandan di negara-negara korban. Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa 40 persen dari korban bom tandan di selatan Lebanon, Irak dan Afghanistan adalah anak-anak.
Saat ini AS memiliki 4 setengah juta bom tandan. Sejumlah data lainnya malah menunjukkan bahwa bom tandan yang dimiliki AS melebihi jumlah tadi. Belakangan, militer AS memproduksi generasi baru bom tandan. Generasi baru bom tandan ini memiliki fokus sasaran yang lebih tepat dan dilengkapi dengan pemicu otomatis. Menanggapi kesepakatan larangan bom Tandan, pemerintah AS berdalih bahwa pihaknya menolak kesepakatan tersebut karena masih berselisih pendapat soal teknik implementasi aturan tersebut. Washington mengklaim, mereka sengaja menyimpan bom tandan karena senjata ini merupakan perangkat pertahanan untuk menghadapi senjata yang lebih canggih. Suatu strategi militer yang mirip dengan cara-cara era perang dingin.
Rezim zionis Israel dalam agresinya ke Lebanon pada tahun 2006 menggunakan bom tandan secara masif untuk melawan rakyat Lebanon. Selain menewaskan ratusan orang di saat perang, bom tandan Israel tersebut juga menewaskan sedikitnya 200 orang pasca pengumuman gencatan senjata, akibat sisa-sisa bom tandan.
Meski demikian, saat ini masih terpampang jarak yang begitu lebar untuk mengimplementasikan secara penuh kesepakatan Dublin. Sebab hingga kini belum ada jaminan operasional untuk memusnahkan bom tandan. Karena itu, masyarakat internasional masih terus berharap adanya langkah efektif yang bisa mengatasi masalah senjata pemusnah massal secara menyeluruh. Tentu saja langkah semacam itu memerlukan tekanan dan kontrol lembaga-lembaga internasional terhadap negara-negara produsen dan pengguna senjata tak manusiawi. Oleh karena itu, produksi dan penggunaan bom tandan, sebagai contoh nyata senjata pemusnah massal mesti dilarang secara total demi terpeliharanya perdamaian dan keamanan global.
saat ini sedang ramai dipermasalah mengenai penggunaan Bom Tandan (cluster bomb) dalam pertempuran. Sebanyak 46 negara yang bertemu di Oslo menginginkan agar penggunaan Bom Tandan ini dilarang, namun kesepakatan ini ditolah oleh Amerika Serikat, seperti yang diutarakan oleh juru bicara Pentagon Sean McCormack pada hari Sabtu, 24 Februari 2007.
Munisi Cluster merupakan benda yang dijatuhkan dari udara (melalui bom) atau ditembakan dari darat (munisi artileri) berupa submunisi atau bomblet dalam jumlah ratusan sampai ribuan ditujukan untuk menghancurkan kekuatan pasukan infanteri atau obyek militer. Satu bom atau munisi cluster berisikan puluhan sampai ribuan submunisi (lihat tabel).
Pengembangan, Bom cluster pertama kali digunakan oleh pihak Jerman pada masa Perang Dunia II, yaitu SD-2 atau Sprengbombe Dickwandig 2 kg, dikenal juga dengan nama Bom Kupu-kupu atau Butterfly Bomb. Tekonologi ini kemudian dikembangkan oleh berbagai pihak, antara lain Amerika Serikat, Rusia dan Itali.
Munisi artileri juga dikembangkan dengan prinsip yang sama, disebut sebagai penyempurnaan munisi konvesional atau ICM (Improved Conventional Munitions), dalam dialek militer Amerika disebut sebagai munisi "firecracker" atau "popcorn".
Dispenser. Dispenser diklasifikasikan sebagai jenis lain dari senjata peledak yang dijatuhkan dari udara. Seperti bom. Dispenser ini yang bersisikan submunisi dalam jumlah banyak bergantung kepada ukurannya. Beberapa jenis dispenser dapat digunakan secara berulang, jenis pemasangan tetap pada pesawat (attached dispenser atau single-piece dispenser). Namun lebih banyak yang hanya satu kali pakai, berupa bom (Dropped dispencer).
Dispenser jenis bom (sistem jatuh) akan melayang dengan stabil menuju target, karena dilengkapi dengan sirip. Dropped dispenser dapat terdiri dari unit tunggal ataupun multi. Semua dropped dispenser memiliki sumbu ledak (fuze), dari jenis mekanikal maupun proximity. Sumbu ledak ini yang akan menentukan kapan atau pada ketinggian berapa meter dari target dispenser akan melontarkan isian bomlet-nya. Pada Single-piece dispenser, pelontaran submunisi dilakukan setelah fungsi sumbu diaktifkan.
Submunisi. Submunisi diklasifikasikan sebagai bomblets, granad, atau ranjau. Berukuran kecil-kecil berisikan bahan peledak atau bahan kimia. Jenis-jenisnya diklasifikasi berdasarkan kegunaannya, antara lain; antipersonel (APERS), antimateriel (AMAT), antitank (AT), dual-purpose (DP), incendiary (pembakar), atau kimia (chemical). Submunisi akan disebar melalui dispensers, rudal, roket, atau proyektil.
Submunisi digunakan untuk menghancurkan musuh ditempatnya (impact) atau menghambat gerak majunya (area denial). Impact submunisi impact akan meledak saat menyentuh darat/target. Submunisi area-denial, termasuk FASCAM, memiliki keterbatasan masa aktifnya dan akan mengancurkan diri setelah masa aktifnya kadaluarsa.
Jenis submunisi bola umunya jenis APERS. Berukuran sangat kecil dan akan menyebar dalam jumlah banyak disautu area, dan seperti ranjau darat, baru akan meledak setelah diinjak atau tersenggol. Namun adajuga jenis bom/proyektil yang meledak setelah menyentuh tanah dan baru memuntahkan submunisi. Submunisi APERS area-denial (FASCAM) dijatuhkan untuk menjadi ranjau darat. Saat menyentuh tanah, trip wire akan mental setinggi kira-kira 20 kaki dari ranjau. Semua submunisi area-denial menggunakan sumbu jenis antidisturbance dengan sumbu cadangan jenis self-destruct. Jenis sumbu self-destruct akan meledak dalam waktu yang bervariasi, dari hitungan jam sampai hari.
Submunisi AMAT dan/atau AT dirancang untuk menghancurkan target benda keras seperti peralatan atau kendaraan. Dilontarkan dari dispenser yang dijatuhkan oleh pesawat udara dan baru berfungsi saat menghantam target atau tanah. Saat terbang menuju sasaran, kestabilan submunisi jenis ini dibantu dengan Drogue parachute. Submunisi jenis ini juga digunakan untuk menghancurkan target keras berupa peralatan atau kendaraan.
Submunisi jenis AT area-denial dapat dilepas dari pesawat udara, meriam artileri dan beberapa jenis dari kendaraan berat Zeni. Semua submunisi FASCAM ini memiliki jenis sumbu magnetic. Baru akan berfungsi setelah menerima sinyal dari obyek metal. Sama halnya dengan submunisi jenis APERS area-denial, sumbunisi AT ini juga memiliki sumbu antidisturbance dan self-destruct.
Kebanyakan airframes memiliki kemampuan membawa berbagai jenis submunisi. Daerah berbahaya akan bergantung kepada submunisi, profil misi, jenis target, dan jumlah sortie. Kekuatan penerbangan Angkatan Udara dan Angkatan Laut menggunakan jenis CBU (cluster bomb unit) yang berisikan submunisi dengan hasil area bahaya yang sama luasnya dengan efek penembakan submunisi melalui MLRS/kanon artileri. Canister yang dijatuhkan dari udara berisikan berbagai jumlah CBU. Satu unit CBU-58 atau tiga unit CBU-87/CBU-52 berisikan sekitar jumlah yang sama dengan satu roket MLRS dengan 644 submunisi. Pesawat pembom B-52 menjatuhkan muatan penuh 45 unit CBUs (sebuah CBU-58/CBU-71 berisikan 650 submunition) akan menghasilkan daerah berbahaya yang lebih besar dari yang dihasilkan oleh penembakan melalui MLRS. Jenis pesawat tempur F-16 dalam misi dukungan tembakan terbuka (close air support/CAS) terhadap point target akan menjatuhkan dua buah CBU per pesawat per misi, daerah bahaya yang dihasilkan relatif rendah.
Submunisi dalam satu bom cluster diharapkan 95 persen berfungsi (meledak). Dengan tingkat submunisi yang berfungsi mencapai 95 persen tersebut, satu buah CBU-58 (berisi 650 submunisi) akan menghasilkan setidaknya 38 submunisi yang tidak meledak (dud). Sebuah pesawat pembom B-52 bermuatan penuh akan menjatuhkan 45 buah bom CBU-58/CBU-71, setiap bom bermuatan 650 submunisi, akan menghasilkan sekitar 1700 submunisi dud.
ANCAMAN BAGI KALANGAN SIPIL.98% dari 11,044 korban cluster munisi yang tercatat oleh Handicap International adalah kalangan sipil. Munisi cluster ditentang oleh berbagai kalangan termasuk pihak Palang Merah Internasional, untuk digunakan dalam pertempuran, dikarenakan sebagian besar korbannya dalah kalangan sipil. Sejak bulan Februari 2005 handicap International yang didukung oleh berbagai kalangan telah mengajukan petisi agar penggunaan munisi cluster dilarang.
Bom Cluster sangat mengancam kalangan sipil, dengan dua alasan; efek arealnya sangat luas, dan akan meninggalkan banyaknya bomlet yang tidak meledak sehingga sangat membahayakan jiwa manusia.
Areal bahaya yang dapat diakibatkan oleh satu munisi cluster, atau disebut sebagai jejak-kaki/footprint, dapat mencapai dua atau tiga kali lapangan sepak bola. Senjata ini akan memiliki efek area yang luas, maka wilayah sasaran tembak bom cluster pasti akan berakibat pada jatuhnya korban non-militer.
Problema serius lainnya adalah efek dari bomlet yang tidak meledak (UXO – unexploded ordnance), bomlet yang bentuknya unik dan berwarna cerah seperti CBU-87 dapat menarik perhatian anak-anak karena dikira mainnan, hal ini dapat mengakibatkan jatuhnya korban yang tidak berdosa. Di Lebanon seperti yang pernah ditayangkan di televisi, terjadi korban anak-anak akibat mengira bomlet sebagai mainan.
Walaupun bom cluster telah dirancang agar semua submunisi yang dibawanya akan meledak, namun kenyataannya banyak bomlet yang tidak meledak (UXO) dan bomlet semacam ini akan lebih berbahaya dari ranjau darat. Senjata peluncur roket multi laras (MLRS) buatan Amerika dengan hulu ledak M26 dan submunisi M77 diperkirakan memiliki tingkat rata-rata sub munisi yang tidak meledak (dud-rate) sebesar 5 persen, namun kenyataan dilapangan dud-rate ini mencapai 16 persen. Tingkat dud-rate pada masa perang teluk bahkan mencapai 23 persen. Bahkan untuk bom cluster yang ditembakan dari senjata artileri memiliki dud-rate sebesar 14 persen.
Bom cluster bersisikan ratusan sampai ribuan bomlet, walaupun titik jatuhnya diperkirakan tepat sasaran, namun akan meninggalkan ribuan UXO yang menyebar di areal target pengeboman. Contohnya, setelah konflik Israel-Lebanon, tenaga ahli Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan banyak sekali UXO yang ditinggalkan diwilayah target-target pengeboman Israel di Lebanon.
Pihak militer Amerika mengklaim bahwa bom cluster yang dikembangkan dewasa ini memiliki tingkat dud-rate kurang dari satu persen. Namun hal ini dapat dikatakan sebagai suatu spekulasi, bukti dari kebenaran klaim tersebut baru akan diketahui setelah dioperasikan dan jatuhnya korban sipil lagi.
Korban Sipil (meninggal) akibat bomlet cluster yang tidak meledak
• Di Vietnam, masih jatuh korban sipil akibat cluster bom atau obyek lain yang ditinggalkan militer Amerika. Diperkirakan lebih dari 300 jiwa per tahun.
• Paska perang Kosovo bomlet cluster yang tidak meledak mengakibatkan banyaknya warga sipil yang menjadi korban meninggal dibandingkan korban akibat ranjau darat.
• Di Lebanon diperkirakan 40% bomlet yang dijatuhkan tidak meledak sejak pengeboman dengan cluster bom oleh Israel pada musim panas 2006. Selama ofensif ke Lebanon, Israel menembakan tidak kurang dari 1.800 cluster bom, bermuatan lebih dari 1,2 juta bomlet. Menurut berita, pihak Israel telah memberikan peta penjatuhan bom/roket yang berisikan bomlet cluster kepada pihak Perserikatan bangsa-bangsa (UNIFIL).
Areal yang signifikan bermasalah dengan Cluster Bomb yang tidak meledak (UXO-Unexploded Ordnance)
• Lebanon
• Indochina, terutama Laos dan lokasi bekas zona demilitarisasi di Vietnam.
• Kosovo
• Afghanistan
• Iraq
Negara/Wilayah yang sudah mengalami efek Cluster Bomb (cluster munition):
• Afghanistan, Albania, Bosnia & Herzegovina, Chad, Croatia, Eritrea, Ethiopia, Iraq, Israel, Kamboja, Kuwait, Laos, Lebanon, Montenegro, Pakistan, Russia (Chechnya), Saudi Arabia, Serbia (termasuk Kosovo), Sierra Leone, Sudan, Siria, Tajikistan, Vietnam.
Jenis2 Cluster Bom udara Amerika dan jumlah submunisinya.
Weapon Submunisi Jumlah Submunisi
CBU-7/A BLU-18 1200
CBU-12/A BLU-17/B 213
CBU-24/B BLU-26/B 670
CBU-25/A BLU-24/B 132
CBU-29/B BLU-36/B 670
CBU-46/A BLU-66/B 444
CBU-49/B BLU-59/B 670
CBU-52/B BLU-61A/B 217
CBU-55/B BLU-73/B 3
CBU-58/B BLU-63/B 650
CBU-59/B BLU-77/B 717
CBU-60/A BLU-24/B 264
CBU-63/B M40 2025
CBU-70/B BLU-85/B 79
CBU-71/B BLU-86/B 650
CBU-72/B BLU-73A/B 3
CBU-75/B BLU-63/B 1800
CBU-75A/B BLU-63 1420
BLU-86 355
CBU-76/B BLU-61A/B 290
CBU-77/B BLU-63/B 790
CBU-78/B BLU-91/B 45
BLU-92/B 15
CBU-81/A BLU-49A/B 45
CBU-87/B BLU-97/B 202
CBU-89/B BLU-91/B 92
CBU-89/B BLU-92/B 92
CBU-97 BLU-108/B 10
CBU-98 HB-876LE 24
MK15 M40 2020
MK20 MK118 247
MK22 M38 2020
Salah satu contoh bom tandan.
CBU-59 APAM Rockeye II. CBU-59 APAM merupakan senjata antipersonil, antimaterial dikembangkan pada era 1970an sebagai penyempurnaan dari Rockeye. Menggunakan dispenser yang sama dengan Rockeye, namun memiliki 717 bomblet yang lebih kecil BLU-77. Juga memiliki efek fragmentasi anti-personil dan efek bakar (incendiary) selain efek penembusan baja (armor-piercing). Selama perang teluk diperkirakan 186 bom CBU-59 dijatuhkan.
Spesifikasi:
Berat: 750 pon
Panjang: 92 inci
Diameter: 13.2 inci
Penuntun: Tidak ada
Kendali: Tidak ada
Autopilot: Tidak ada
Propulsion: Tidak ada
Hulu ledak: 717 BLU-71/B anti-materiel / anti-personnel
Fuse: Submunition: Mark 1 Mod 0 Contact
Dispenser: Mark 339 Mod 0 Time Fuse
Pesawat yang dilengkapi bom CBU-59 4-8 F-4,8 F-15, 4 F-16, 6 A-7,6 A-10,8 F-111
Limitasi:
Maximum Carriage: Mach 1.3 / 700K KCAS
Ketinggian minimum pelepasan bom:500 kaki AGL atau 400 kaki AGL dengan 4G Escape
Dilematis. Alat perang bagaimanapun merupakan sarana pembunuh manusia, namun peperangan dibatasi untuk berhadapan antara kekuatan bersenjata dengan kekuatan bersenjata, lebih sempit lagi antara kekuatan militer.
Penggunaan bom tandan dalam peperangan atau penyerbuan lebih mengakibatkan kepada jatuhnya korban dipihak sipil. Hal inilah yang sedang dipermasalahkan oleh kalangan internasional akhir-akhir ini. Namun kelangsungan penggunaan bom tandan dalam peperangan agaknya akan bergantung dari kebijakan negara yang bepengaruh dalam perpolitikan dunia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar